Laman

Sabtu, 16 Juli 2011

PTK Pembelajaran Kooperatif


PROPOSAL / USULAN PTK
A.    Judul
Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe Two Stay – Two Stray  Pada Siswa Kelas V SD Candi 01 Semarang

B.     Bidang Kajian
Prestasi belajar dan model pembelajaran kooperatif  tipe two stay – two stray  

C.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang Masalah
Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan dan fungsi pendidikan nasional jelaslah bahwa pendidikan di setiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis  yang didasarkan pada kurikulum guna mencapai tujuan tersebut.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah. Dalam pengembangannya, BNSP telah membuat panduan penyusunan KTSP. Panduan ini nanti akan dijadikan acuan bagi satuan pendidikan. Pengembangan KTSP diantaranya berdasarkan prinsip-prinsip (Muslich, 2007:18) :   1. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, 2. beragam dan terpadu, 3. tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, 4. relevan dengan kebutuhan kehidupan. Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam pengembangan KTSP sesuai dengan tujuan mata pelajaran IPA sendiri.
Mata Pelajaran IPA di sekolah dasar di antaranya bertujuan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat (KTSP, 2010).
Mata pelajaran IPA berguna bagi suatu bangsa karena sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan bangsa itu. Hal ini disebabkan IPA merupakan dasar teknologi. Sedangkan teknologi sebagai tulang punggung pembangunan. Suatu teknologi tidak akan berkembang pesat jika tidak didasari pengetahuan dasar yang memadai dan pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA. Bila suatu bangsa menguasai IPA secara menyeluruh maka dapat dikatakan bangsa tersebut telah dapat menguasai teknologi.
Pada umumnya, sebagian besar guru masih menerapkan metode pembelajaran yang masih konvesional yaitu ceramah. Guru menyampaikan materi kepada siswa lalu siswa langsung disuruh mengerjakan soal-soal yang ada. Dalam proses pembelajaranpun siswa hanya sebatas mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Saat mengerjakan latihan, mereka tidak boleh bekerja sama dengan temannya, dan satu-satunya sumber informasi yang ada hanyalah dari guru. Melihat fenomena seperti itu maka menjadikan pelajaran IPA menjadikan pelajaran yang membosankan dan sulit karena siswa tidak terlibat dan aktif dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang demikian itu ternyata juga terjadi di SD Candi 01. Hal ini terbukti dengan hasil nilai semester I untuk nilai mata pelajaran IPA dengan  nilai ketuntasan minimal yang telah ditentukan adalah 6,5 (KTSP, 2009) tetapi hasil observasi di kelas V SD Candi 01 berdasarkan data nilai semester satu tahun 2009/2010 nilai rata-rata pembelajaran IPA baru mencapai 6,3 sehingga pembelajaran belum mencapai nilai ketuntasan minimal. Jika masalah ini tidak segera diatasi maka akan muncul masalah antara lain siswa mendapat nilai ujian IPA yang tidak memenuhi standar kelulusan, kualitas lulusan rendah dari standar kelulusan dan siswa dalam melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi tidak mendapatkan sekolah yang diinginkan.
Mengingat pentingnya mata pelajaran IPA untuk kehidupan masa datang maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat siswa dan mengajak siswa untuk mencintai serta menjadikan IPA menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu dijadikan alternative pemecahan masalah itu adalah menggunakan pembelajaran kooperative. Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu, mengkonstruksi konsep, menyelesaikan masalah atau inkuiri (Suyatno, 2009:51). Menurut Slavin (2010:8) pembelajaran kooperatif adalah para siswa duduk bersama dalam kelompok untuk menguasai materi yang disampaikan guru. Penelitian mengenai metode pembelajaran kooperatif telah mengindikasikan  bahwa penghargaan tim dan tanggung jawab individual sangat penting untuk meningkatkan prestasi kemampuan dasar (Slavin, 1983a,b,1989,2010).
Model pembelajaran tipe two stay – two stray  adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain (Lie, 2010:61). Model pembelajaran ini diharapkan siswa akan merasa senang dan mempunyai semangat belajar IPA karena nantinya sebagian siswa ada yang berperan sebagai tuan rumah yang harus menjamu tamu dan sebagian siswa berperan sebagai tamu yang akan dijamu oleh tuan rumah.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti dalam PTK ini akan mengangkat judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe Two Stay – Two Stray  Pada Siswa Kelas V SD Candi 01 Semarang”

2.      Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
a.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Candi 01 Semarang ?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
1.   Apakah model pembelajaran kooperatif tipe two stay – two stray  dapat meningkatkan aktifitas siswa kelas V SD Candi 01 Semarang?
2.   Apakah model pembelajaran kooperatif tipe two stay – two stray  dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Candi 01 Semarang ?
3.   Apakah model pembelajaran kooperatif tipe two stay – two stray  dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran ?
b.      Pemecahan Masalah
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe two stay – two stray  (Lie, 2010:62) :
1.      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4 orang anggota.
2.      Guru memberikan tugas  dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.      Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
4.      Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain.
5.      Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
6.      Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
7.      Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
8.      Guru dan siswa membuat kesimpulan

3.      Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah :
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar.
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1.      Mendeskripsikan peningkatan aktifitas siswa dengan menggunakan  model pembelajaran kooperatif tipe two stay – two stray .
2.      Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar IPA siswa dengan menggunakan  model pembelajaran kooperatif tipe two stay – two stray.  
3.      Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran  dengan menggunakan  model pembelajaran kooperatif tipe two stay – two stray .

4.         Manfat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Adapun manfaat tersebut adalah :
1.    Manfaat Teoritis
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan landasan dalam pembelajaran kooperatif tipe two stay – two stray  untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi Siswa
1). Dapat dijadikan sebagai dasar untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga dapat menambah peringkat prestasi belajar yang lebih baik.
2). Pembelajaran akan lebih menarik dan tidak membosankan bagi siswa.
3). Meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
4). Dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
b. Bagi Guru
1). Membantu guru dalam meningkatkan kemampuannya dalam mengajar.
2). Guru dapat mengembangkan kemampuan merencanakan metode atau strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi ajar dan kebutuhan siswa.
3). Memberikan pengalaman dan tambahan wawasan bagi guru tentang model pembelajaran yang inovatif.
c. Bagi Sekolah
Memberikan masukan dalam mengembangkan model pembelajaran khususnya model pembelajaran two stay – two stray  untuk meningkatkan prestasi siswa.

D.    Kajian Pustaka
1.      Kajian Teori
1.      Pengertian Belajar
Menurut James O. Whittaker (dalam Djamarah 2000:12) belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach (dalam Djamarah 2000:13) berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Howard L. Kingskey (dalam Djamarah 2000:13) belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Dan Drs. Slameto (dalam Djamarah 2000:13) merumuskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Slavin mengutarakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan karena pengalaman.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi karena proses pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.      Ciri-Ciri Belajar
Menurut Djamarah 2000:12, belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Perubahan yang terjadi secara sadar.
Ini berarti setiap individu yang belajar akan menyadari adanya perubahan atau paling tidak individu akan merasakan telah terjadi perubahan yang terjadi dalam dirinya.
b.      Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
c.       Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Dalam belajar, perubahan-perubahan selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
d.      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen yang berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
e.       Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
Ini berarti perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang ingin dicapai.
f.       Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.  

3.      Prestasi Belajar
Definisi prestasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Prestasi belajar adalah penguasan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan guru (Depdiknas. 2005:895)
Menurut Anni (2006:5) prestasi atau hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar.
Dengan demikian prestasi belajar merupakan tingkat penguasaan terhadap suatu hal setelah mengelami suatu proses dan aktifitas belajar yang dinyatakan dengan nilai yang meliputi keterampilan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.

4.      Pengertian IPA
Menurut istilah, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berarti “ilmu” tentang “Pengetahuan Alam”. “Ilmu” artinya suatu pengetahuan yang benar artinya pengetahuan-pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima dengan akal sehat sedangkan obyektif artinya sesuai dengan obyeknya, sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera. Pengetahuan Alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan isinya. Adapun pengetahuan artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dan segala isinya (Hendro dan kaligis, 1992:3).



5.      Hakikat IPA
IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga dapat dipandang sebagai suatu metode. Bernal (dalam Hendro dan Kaligis, 1992:4) menyatakan IPA dapat dipandang sebagai institusi, metode, kumpulan pengetahuan, suatu factor yang berpengeruh terhadap peningkatan produksi dan salah satu factor penting yang mempengeruhi sikap dan pandangan manusia terhadap alam. Khusus IPA sebagai metode, Bernal menjelaskan bahwa dalam hal ini terlihat upaya berupa observasi, eksperimen penggunaan alat dan sebagai perhitungan matematik.
IPA merupakan suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Oleh karena itu diperlukan suatu tata cara tertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu sudut pandang yang baru tentang obyek yang diamatinya. Pengertian “proses” adalah proses mendapatkan IPA dan IPA didapat melalui metode ilmiah. Jadi proses tidak lain adalah metode ilmiah.
Untuk siswa SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk suatu paduan yang lebih utuh sehingga siswa SD dapat melakukan penelitian. Adapun tahapan proses penelitian adalah : mengobservasi, mengklasifikasi, menginterprestasi, memprediksi, membuat hipotesis, mengendalikan variable, merencanakan dan melaksanakan penelitian, inferensi, aplikasi dan komunikasi yang kesemuanya itu ada pada kegiatan keterampilan proses (Hendro dan Kaligis, 1992:51). Tahapan dari suatu proses penelitian adalah :
a.    Keterampilan mengobservasi (mengamati)
Keterampilan mengobservasi atau mengamati merupakan keterampilan menggunakan semua panca indera untuk memperoleh data atau onformasi. Dengan keterampilan mengamati ini diharapkan siswa dapat menggunakan pikiran dan panca inderanya dengan benar dan aman untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan pengamatannya.
Keterampilan mengobservasi merupakan keterampilan yang terpenting dalam keterampilan proses karena kebenaran ilmu yang didapat bergantung pada kebenaran dan kecermatan hasil observasi. Keterampilan mengobservasi dapat dikembangkan secara bertahap pada diri siswa sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya dengan prinsip mulai dari yang sederhana menuju ke yang lebih abstrak. Keterampilan mengobservasi meliputi keterampilan membedakan, mengukur panjang, mengukur isi, mengukur berat berat (massa) dan mengukur waktu.
b.      Keterampilan mengklasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi merupakan keterampilan untuk menggolongkan obyek pengamatan atas dasar perbedaan dan persamaan sifat yang dimiliki. Suatu hasil observasi yang cermat dan benar akan sangat membantu proses klasifikasi karena di dalamnya terkandung unsure-unsur persamaan dan perbedaan.
c.         Keterampilan menginterprestasi
Keterampilan menginterprestasi merupakan keterampilan untuk dapat menafsirkan data. Adapun data itu ditafsirkan apabila telah ditata dalam klasifikasi yang teratur.
d.        Keterampilan memprediksi
Keterampilan mempredikasi adalah keterampilan untuk dapat memperkirakan atau meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola hubungan yang terdapat pada data yang telah diperoleh.
e.         Keterampilan membuat hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan berupa dugaan tentang kenyataan-kenyataan yang terdapat di alam melalui proses pemikiran. Jadi pada hakikatnya keterampilan membuat hipotesis adalah keterampilan membuat dugaan tentang kejadian alam melalui proses pemikiran.
f.         Keterampilan mengendalikan variable
Variabel adalah factor-faktor yang berpengaruh. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan terhadap factor yang lain disebut factor perubah atau variable bebas sedangkan factor yang dipengaruhi atau diubah disebut factor yang diubah atau variable terikat.
g.        Keterampilan merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperimen
Keterampilan merencanakan penelitian merupakan suatu keterampilan yang kompleks. Penelitian dapat dipecahkan menjadi beberapa tahap dan dikembangkan kepada siswa, yaitu :
1)        Menetapkan masalah penelitian
2)        Menetapkan hipotesis penelitian
3)        Menetapkan bahan dan alat yang digunakan
4)        Menetapkan langkah-langkah percobaan serta waktu yang dibutuhkan
5)        Menetapkan format tabulasi data
h.      Keterampilan menyimpulkan
Inferensi merupakan kemampuan untuk menarik kesimpulan dari data yang telah terkumpul. Perbedaannya dengan hipotesis terletak pada tumpuan penarikan kesimpulan. Pada inferensi, kesimpulan diambil dari data hasil observasi, jadi menggunakan logika induktif sedangkan hipotesis lebih bertumpu pada hasil pemikiran deduktif.
i.     Keterampilan mengaplikasikan (menerapkan)
Aplikasi adalah suatu bentuk penerapan dari suatu ide atau konsep. Jadi keterampilan aplikasi adalah keterampilan menerapkan atau menggunakan konsep-konsep atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa ke dalam situasi baru.
j.     Keterampilan mengkomunikasikan
Keterampilan mengkomunikasikan adalah keterampilan untuk menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tertulis.
Keterampilan komunikasi merupakan kebutuhan hakiki bagi setiap anak untuk menyampaikan apa yang mereka ketahui kepada orang lain dalam rangka pengembangan aktualisasi diri maupun pengembangan ilmu pengetahuan.

6.      Prinsip Belajar IPA
Richardson (dalam Hendro dan Kaligis,1992:12) menyarankan tujuh prinsip dalam penggunaan proses pembelajaran IPA agar dapat berhasil. Ketujuh prinsip tersebut adalah :
a.    Prinsip keterlibatan siswa secara aktif
Dalam pengajaran IPA sering dilupakan bahwa keterlibatan siswa secara aktif merupakan bagian yang esensial dari suatu proses belajar mengajar. Mungkin guru terpukau pada silabus, kurikulum dan ingin secepatnya menghabiskan bahan pelajaran yang telah ditetapkan. Jalan yang mereka tempuh dengan cara member ceramah kepada anak didiknya tentang segala sesuatu yang ada di dalam buku teks.
Pengetahuan siswa yang didapat dengan cara mendengarkan akan cepat terlupakan bahkan mungkin mereka tidak menggunakan logikanya dalam usaha memahami apa yang diberitahukan oleh gurunya.
Keterlibatan siswa secara aktif menurut Richarson adalah “learning by doing”. Siswa harus ikut berbuat sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari.
b.   Prinsip belajar berkesinambungan
Prinsip belajar berkesinambungan adalah proses belajar yang selalu dimulai dari apa-apa yang telah dimiliki siswa. Dalam hal ini pengetahuan yang telah dimiliki siswa itu seolah-olah merupakan jembatan yang sangat penting bagi siswa untuk dapat meraih pengetahuannya yang baru.
c.    Prinsip motivasi
Motivasi artinya sebagai suatu dorongan yang menyebabkan seorang mau berbuat sesuatu. Dalam proses belajar IPA dimaksudkan sebagai dorongan mau belajar IPA. Dorongan itu dapat berupa dorongan instrinsik dan dorongan ekstrinsik.
d.   Prinsip multi saluran
Kenyataan selalu menunjukkan bahwa daya penerimaan masing-masing siswa tidak sama. Maksudnya ada siswa yang mudah belajar melalui membaca, ada siswa yang mudah mengerti bila diberi ceramah, adapula yang bisa mengerti bila ia aktif mengikuti percobaan. Oleh karena itu penggunaan multi saluran dalam proses belajar IPA sangat diperlukan agar semua siswa yang berbeda kemampuan daya tangkapnya dapat menerima pelajaran.
e.    Prinsip penemuan
Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan daya pikirnya dalam memahami suatu konsep atau symbol-simbol melalui pengalamannya. Ini dimaksudkan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, menghayati bagaimana ilmu itu diperoleh dan memperoleh daya ingat yang lebih lama retensinya.
f.    Prinsip totalitas
Prinsip totalitas bertolak dari suatu paham bahwa siswa belajar dari segenap kemampuannya yang ia miliki sebagai mahkluk hidup yaitu panca inderanya, perasaan serta pikirannya. Dalam proses belajar, siswa tidak hanya memperhatikan materi pelajaran tetapi meliputi bagaimana guru mengajar, situasi kelas, lingkungan sekitar, teman-temannya dan semua hal yang mempengaruhi jiwa raganya. Itu semua ikut menentukan keberhasilan belajar siswa bukan hanya berupa pengetahuan intelektual tetapi juga meliputi sikap dan kepribadian siswa.
g.   Prinsip perbedaan individu
Prinsip ini berpijak bahwa setiap siswa memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan individu ini ditunjukkan kepada adanya perbedaan kemampuan dan perbedaan minat termasuk motivasi belajar. Prinsip ini dimaksudkan agar siswa mendapatkan kesempatan belajar sesuai dengan kapasitas dan minatnya.

7.      Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungannya (Gagne 1985, Briggs 1992 dalam Sugandi, 2006:9).
Mata pelajaran IPA perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Menurut Usman Samatowa dalam bukunya Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (2010:4), alasan IPA dimasukkan dalam kurikulum sekolah dasar digolongkan menjadi empat golongan yaitu : 1. IPA berfaedah bagi suatu bangsa, 2. Bila diajarkan secara tepat, IPA merupakan pelajaran yang memberikan siswa untuk berpikir kritis, 3. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan maka IPA bukan merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka, 4. IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Mata pelajaran IPA diberikan kepada peserta didik agar memiliki kemampuan sebagai berikut  (KTSP,2010) :
a.    Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b.   Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c.    Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d.   Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e.    Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f.    Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g.   Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

8.      Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk social yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab.
Menurut Slavin  pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi menurut saya pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tidak semua kerja kelompok bisa dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif. Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2010:31) ada lima unsur model pembelajaran kooperatif agar mencapai hasil yang maksimal yaitu :
a.     Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b.   Tanggung jawab perseorangan
Masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c.    Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan setiap siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semuanya. Hasil pemikiran beberapa siswa akan lebih kaya dibandingkan hanya dengan pemikiran satu siswa saja.  Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga dan social ekonomi yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan ini menjadi modal utama dalam proses memperkaya antar anggota kelompok.
d.   Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e.    Evaluasi proses kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.
Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, 2) siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 3) meningkatkan ingatan siswa, dan 4) meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.
Tiga tujuan instruksional yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif adalah :
a.         Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan konerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
b.        Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif member peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
c.         Pengembangan keterampilan social
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi (Ibrahim. 2000:7-9). Keterampilan social yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, saling kerja sama, menjelaskan idea tau pendapat, mengemukakan pendapat.
Ada enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif yang dirangkum dalam tabel berikut yaitu :
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi pada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
(Ibrahim,2000:10)


9.      Pembelajaran Kooperative Tipe Two Stay – Two Stray 
Model pembelajaran kooperative tipe two stay – two stray ini pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Selain itu model pembelajaran ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Model pembelajaran kooperative tipe two stay – two stray ini setiap kelompoknya terdiri dari empat orang siswa. Kelompok berempat ini mempunyai kelebihan antara lain mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide yang akan muncul, lebih banyak tugas yang bisa dilakukan dan guru mudah memonitor. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, jumlah genap bisa menyulitkan proses pengambilan suara, kurang kesempatan untuk kontribusi individu dan siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan selama proses pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray sebagai berikut :
1.   Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4 orang anggota.
2.   Guru memberikan tugas  dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.   Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
4.   Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain.
5.   Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
6.   Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
7.   Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
8.   Guru dan siswa membuat kesimpulan
               
10.  Penerapan Pembelajaran IPA (Penyesuaian Diri Makhluk Hidup Terhadap Lingkungannya) dalam Pembelajaran Kooperative Tipe Two Stay - Two Stray

Indikator : Memberi contoh cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk memperoleh makanan dan melindungi diri dari musuhnya.

a.       Pra KBM
-          Berdoa
-          Absensi
-          Menyiapkan buku
b.      Kegiatan Awal
-          Apersepsi tentang penggolongan hewan berdasarkan makanannya yaitu herbivora (hewan pemakan tumbuhan), karnivora (hewan pemakan daging) dan omnivora (hewan pemakan segalanya).
-          Menginformasikan tujuan pembelajaran
-          Memberi motivasi kepada siswa
c.       Kegiatan Inti
-          Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4 orang anggota.
-          Guru memberikan tugas  dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
-          Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
-          Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain.
-          Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
-          Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
-          Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
-          Guru dan siswa membuat kesimpulan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar