14 Februari
Hari apa ini? Senin. Seperti ada sebuah peringatan besar. Hari penting apa dan untuk siapa? Baru saja aku melangkahkan kaki ke dalam kelas, wajah-wajah ceria itu menyambut seakan mengejekku. Sepertinya semua orang sedang bahagia dan berbunga-bunga. Terkecuali aku. Mungkin.
Sepagi ini papan tulis sudah penuh oleh coretan. Happy Valentine...? Siapa yang Happy? Aku tidak happy. Berarti hari seperti ini tidak cocok untukku. Ah! Untuk apa aku peduli. Toh hanya sehari.
Waduh! Duduk di sebelah orang yang hari ini tiba-tiba gila agak membuatku takut. Takut dicekik aku. Istik senyum-senyum sendiri sambil menciumi buket bunga mawar merah yang indah. Benar-benar aneh. Mending kalau bunga bank. Aku juga mau.
Aku merasa seisi kelas ini semuanya gila terkecuali aku. Atau... malah aku sendiri yang gila? Aku benar-benar tidak menyukai hari seperti ini. Meskipun hanya sehari. Aku berharap hari ini tak pernah ada.
Andai orang yang menciptakan peringatan seperti ini masih hidup, aku mau protes. Siapa bilang valentine sama dengan hari kasih sayang? Buktinya aku selalu merasa benci dengan tanggal 14 Februari. Kasih sayang apa yang dimaksud, kalau di luar sana masih banyak orang-orang yang tidur di emperan toko dalam kedinginan dan kelaparan. Apa ada makna kasih sayang di hari ini bagi mereka?
Kenyataan memang terkadang pahit didengar. 14 Februari mungkin hanyalah hari untuk orang-orang yang punya pacar, yang punya pasangan. Bagi orang yang masih kukuh memegang status quo untuk tidak berpacaran, seperti aku, valentine mungkin menjadi hari yang paling menyedihkan. Bukan lantaran aku iri karena tidak punya pacar atau karena tidak mendapat kiriman bunga dan coklat. Aku tidak mengharapkan itu semua. Valentine selalu merampas kebahagiaanku, merampas teman-temanku, dan membuat aku merasa kesepian. Tak ada yang namanya kasih sayang yang sering diucapkan orang. Aku selalu dicampakan, sendiri, dan sangat memprihatinkan.
”Aouw!” teriakku.
Seseorang telah menarik kuciran rambutku. Membuat sejuta umpatanku terhadap valentine seketika lenyap. Istik langsung terusir dari bangkunya setelah melihat kedatangan Arman, Reza, Bayu, dan Dawam. Mereka teman-temanku di klub basket. Arman salah satu teman yang paling iseng. Hobinya menarik-narik rambut orang. Mungkin rambutku dikira ekor kuda. Hah!
”Cewek macan ini sendirian aja.” ujar Arman seraya kembali menarik rambutku. Aku langsung memelototinya.
”Aku kira hari ini akan membuat kalian amnesia kepadaku.”sindirku.
Aku sudah paham. Setiap tanggal ini mucul, mereka pasti akan menghilang dan bersenang-senang dengan pasangan. Aku pasti dicampakan.
“Macan ini memang sangat pengertian. Sudah tertebak kalau hari ini kami ingin libur latihan.”
”Apa!?” teriakku.
Suaraku membuat seisi kelas kaget. Kupelototi orang-orang sok manis yang sedari tadi cengar-cengir sok kegantengan. Membuat aku semakin marah.
“Santai, Nona.” Bujuk Bayu.
“Benar-benar gila! Minggu kemarin tidak jadi, kemarin tidak jadi. Hari ini mau dibatalkan lagi!?” seruku sekeras mungkin. Membuat orang-orang di dalam kelas bergegas keluar.
”Waouw... sepertinya ada ledakan bom.” ejek Dawam.
“Tolong dimaklumi, Nay. Kamu tahu, kan, ini hari apa?” rayu Reza sok memelas.
”Ini hari Senin, Stupid! Jadwalnya upacara bendera!”
Aku langsung berlari pergi sebelum mereka melancarkan jurus rayuan yang memuakkan. Tak peduli nanti mereka akan datang latihan atau tidak, aku sudah berhasil membuat mereka merasa tidak enak hati.
Suasana hatiku masih kacau gara-gara ada hari seperti ini. Kubaringkan tubuhku di atas ranjang UKS. Petugas UKS sempat menanyakan alasanku datang. Aku bilang saja pusing.
Ketika istirahat pertama aku hanya duduk-duduk sendiri di taman. Malas ke lapangan basket dan bertemu dengan orang-orang menyebalkan. Hari ini semua yang kumiliki rasanya hilang dalam sekejap mata.
”Naya....” seperti ada sekelompok tim paduan suara yang kompak memanggil namaku.
Kutegakkan kepala. Ada empat cowok sok manis tersenyum kepadaku. Ada motif dibalik senyuman mereka.
”We love you, Nay.” seru mereka serempak seraya menyodorkan batangan coklat.
Ya ampun… kalau ada maunya, mereka bisa segila ini. Seperti biasa. Apa mereka belum juga mengerti, tournament sudah sangat dekat. Kalau tidak pernah latihan, bagaimana bisa menang? Ya sudahlah... lagi-lagi aku yang mengalah.
Sebenarnya apa yang salah dengan diriku? Setiap valentine, pasti seperti ini. Sepi... sunyi... sendiri... dan ditinggal pergi. Aku memang bukan anak-anak Rohis yang segitu anti dengan pacaran, apalagi valentinan. Tapi, aku memang benar-benar tidak menyukai keduanya. Pacaran? No way! Bikin runyam kehidupan aja. Seperti Wina yang jadi cengeng gara-gara cinta. Putus nyambung terus kayak kabel.
Aku benci pacaran. Aku benci valentine. Aku benci acara malam mingguan dua-duaan. Memang di dunia ini hanya ada dua orang yang lagi kasmaran? So… cewek kayak aku dikira ngontrak? Capek deh... gara-gara ada yang namanya pacaran, valentinan, dan malam mingguan... aku jadi korban!
”Nay, ikut tour OSIS keliling kota, yuk.”
Aku heran. Johan tiba-tiba datang langsung promosi. Tidak tahu apa, kondisi pikiranku sedang tidak baik.
“Mau, nggak? Sekaligus ikut bakti sosial ke panti asuhan.” bujuknya lagi.
”Ingat Nay, kasih sayang untuk semua orang. Bukan untuk sekelompok orang.”
Kata-kata Johan langsung menyadarkanku bahwa ada hal lain yang lebih penting dilakukan daripada menggerutu terus terhadap valentine. Mengapa kita terus berharap bisa mengubah dunia, kalau mengubah paradigma diri sendiri saja merasa enggan. Baiklah! Valentine mungkin selamanya akan tetap ada yang mengagung-agungkannya. Tapi aku... tak perlu valentine untuk berkasih sayang. Tak perlu mengharapkan kasih sayang orang. Tapi berusahalah untuk memberikan kasih sayang terhadap orang lain.
”Aku ikut!” jawabku mantap.
”Sip! Agendanya Bulan Maret depan. Sedangkan dua minggu ini kita akan adakan acara bazar amal untuk penggalangan dana. Mungkin akan menyita waktumu untuk main basket. Semoga tidak berubah pikiran.”
Johan langsung pergi setelah mengatakan kata-kata terakhirnya. Hadah! Agak berat juga kalau harus mengorbankan basket. Hmmm... kalau teman-temanku saja bisa mengorbankan basket hanya untuk valentine, kenapa aku tidak bisa melakukannya demi sesuatu yang lebih spesial? Semangat!
panjang bener le nulis bikin mata bliyar" ngebacanya huhu.....:D
BalasHapus