Laman

Selasa, 27 Desember 2011

Yang Lalu Biarlah Berlalu

Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.


Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.



Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.
Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puingpuing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya.
Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melibat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!

Jumat, 23 Desember 2011

Ingat Ingat... Ingat Allah

Kejujuran itu kekasih Allah. Keterusterangan merupakan sabun pencuci hati. Pengalaman itu bukti. Dan seorang pemandu jalan tak akan membohongi rombongannya. Tidak ada satu pekerjaan yang lebih melegakan hati dan lebih agung pahalanya, selain berdzikir kepada Allah.
Berdzikir kepada Allah adalah surga Allah di bumi-Nya. Maka, siapa yang tak pernah memasukinya, ia tidak akan dapat memasuki surga-Nya di akhirat kelak. Berdzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari pelbagai kerisauan, kegundahan, kekesalan dan goncangan. Dan dzikir merupakan jalan pintas paling mudah untuk meraih kernenangan dan kebahagian hakiki. Untuk melihat faedah dan manfaat dzikir, coba perhatikan kembali beberapa pesan wahyu Ilahi. Dan cobalah mengamalkannya pada hari-hari Anda, niscaya Anda akan mendapatkan kesembuhan.

Dengan berdzikir kepada Allah, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan dan kesedihan akan sirna. Bahkan, dengan berdzikir kepada-Nya segunung tumpukan beban kehidupan dan permasalahan hidup akan runtuh dengan sendirinya. Tidak mengherankan bila orang-orang yang selalu mengingat Allah senantiasa bahagia dan tenteram hidupnya. Itulah yang memang seharusnya terjadi. Adapun yang sangat mengherankan adalah bagaimana orang-orang yang lalai dari berdzikir kepada Allah itu justru menyembah berhalaberhala dunia.

Wahai orang yang mengeluh karena sulit tidur, yang menangis karena sakit, yang bersedih karena sebuah tragedi, dan yang berduka karena suatu musibah, sebutlah nama-Nya yang kudus!

Meletakkan Sesuatu Sesuai Kadarnya

Keadilan merupakan tuntutan akal dan juga syariat. Keadilan adalah tidak berlebihan-lebihan, tidak melampui batas, tidak memboros-boroskan, dan tidak menghambur-hamburkan. Maka, barangsiapa menginginkan kebahagiaan, ia harus senantiasa mengendalikan setiap perasaan dan keinginannya. Dan ia harus pula mampu bersikap adil dalam kerelaan dan kemurkaannya, dan juga adil dalam kegembiraan dan kesedihannya. Betapapun, tindakan berlebihan dan melampui batas dalam menyikapi segala peristiwa merupakan wujud kezaliman terhadap diri kita sendiri.

Wahai orang yang berakal dan sadar, tempatkan segala sesuatu itu sesuai dengan ukurannya. Jangan membesar-besarkan peristiwa dan masalah yang ada. Bersikaplah secara adil, seimbang dan jangan berlebihan. Jangan pula larut dalam bayang-bayang semu dan fatamorgana yang menipu!
Camkanlah makna keseimbangan antara kecintaan dan kebencian yang diajarkan dalam hadits Rasulullah berikut:


"Cintailah orang yang Anda cintai sesuai dengan kadarnya, sebab bisa saja suatu hari nanti dia menjadi musuhmu. Dan, bencilah musuhmu sesuai dengan kadarnya, sebab bisa saja suatu hari nanti dia menjadi orang yang Anda cintai."

Dan ingat, sesungguhnya kebanyakan kekhawatiran dan desas-desus itu sedikit kebenarannya dan jarang pula yang benar-benar terjadi.

Stop Melamun! Mari Berkarya

Berhentinya seorang mukmin dari beraktivitas adalah kelalaian. Kekosongan adalah musuh yang mematikan, dan kesenggangan adalah sebuah kemalasan. Dan, kebanyakan orang yang selalu gundah dan hidup dalam kecemasan adalah mereka yang terlalu banyak waktu senggangnya dan sedikit aktivitasnya. Adapun manfaat yang mereka dapatkan dari semua itu adalah hanya sekadar desas-desus dan omong kosong yang tak berguna. Itulah keuntungan yang juga diraih oleh mereka yang tak pernah mengerjakan amalan yang bermakna dan berbuah pahala.
Oleh sebab itu, hendaknya senantiasa bergerak, bekerja, mencari, membaca, membaca al-Qur'an, bertasbih, menulis atau mengunjungi sahabat. Gunakan waktu sebaik-baiknya, dan jangan biarkan ada satu menit pun yang terbuang sia-sia! Ingat, sehari saja kosong tak bergerak, niscaya kegundahan, keresahan godaan dan bisikan setan akan mudah menyelinap dalam tubuh! Dan bila sudah demikian, maka hati akan menjadi lapangan permainan para setan.

Kamis, 22 Desember 2011

Hai Kalian yang Suka Latah!

Setiap manusia memiliki kelebihan, potensi dan bakat masing-masing. Dan, salah satu keagungan Rasulullah adalah kemampuannya untuk menempatkan setiap sahabatnya sesuai dengan kemampuan, bakat, dan kesiapan mereka masing-masing. Ali misalnya, ditempatkan pada posisi kehakiman, Mu'adz dalam masalah keilmuan, Ubay yang menyangkut al- Qur'an, Zaid dalam masalah Faraidh, Khalid ibn Walid dalam persoalan jihad, Hassan dalam masalah syair, dan Qais ibn Tsabit dalam orasi.

Larut dalam kepribadian orang lain pada hakikatnya adalah bunuh diri. Memakai baju kepribadian orang lain adalah sebuah pembunuhan yang direncanakan.

Salah satu tanda kebesaran Allah adalah perbedaan sifat yang ada pada manusia dan karakter yang mereka miliki, serta perbedaan bahasa dan warna kulit mereka. Abu Bakar dengan kelembutan dan wataknya yang pengasih telah memberikan manfaat bagi umat dan agama. Umar dengan sikapnya yang keras dan keteguhannya telah membangkitkan Islam dan pemeluknya. Artinya, menerima dengan penuh kerelaan pemberian yang ada pada diri sendiri, merupakan karunia. Oleh sebab itu, kembangkanlah, tumbuhkanlah, dan dapatkanlah manfaat darinya.



Taklid buta dan terlalu mudah melebur ke dalam kepribadian orang lain merupakan penguburan hidup-hidup terhadap bakat yang Allah berikan, pembunuhan terhadap kemauan, dan penghancuran sistem terhadap karakter penciptaan manusia itu sendiri.


Begitulah gambaran dunia yang saat ini sedang marak. Banyak anak muda meniru artis idola mereka. Entah itu baik atau buruk, idola dianggap baik meskipun melanggar norma-norma sosial dan agama. Generasi muda tak lagi memiliki jati diri. Di Indonesia banyak bule bermuka Ndeso lantaran ingin seperti idolanya yang dari luar negeri alias artis impor. Rambutnya bule, pakaiannya bule... Tapi kok hidungnya pesek??? Kulitnya hitam???

Hay, sobat! Kalian lebih baik menjadi diri sendiri. Jadilah generasi muda yang santun, yang sesuai dengan kebudayaan timur yang ramah tamah dan berbudi luhur. Tak perlu tampil buka-bukaan untuk menjadi cantik. Justru yang diumbar adalah yang tidak percaya diri kalau dirinya spesial. Barang yang dibungkus rapi lebih tinggi harga jualnya daripada yang tidak dibungkus.

Sampai kapan kalian mau jadi followers? Ayo, saatnya menjadi Trendseters.... Ciptakan sesuatu yang baru dengan kejeniusan dan keistimewaan kalian! Jangan latah!

Mengapa Takut Dianggap Kuper?

Terkadang aku merasa takut dianggap ketinggalan jaman. Jaman sudah berubah, busana juga harus berubah. Bahasa berubah, tingkah laku ikut berubah. Padahal aku lebih suka di dalam rumah. Katanya aku seperti ayam pingitan. Padahal di dalam rumah lebih aman daripada kelayapan malam-malam. Katanya sekali-sekali perlu bergaul dengan banyak orang agar memiliki luas wawasan. Padahal dengan siapa aku bergaul, itulah cerminan diriku.

Ah! kenapa aku harus peduli apa kata orang? Orang lain tak akan pernah puas mendikte orang. Aku tak perlu mendengarkan.

Semua orang besar menyirami 'tanaman' kemuliaan mereka dengan 'air' 'uzlah sampai mereka bisa tegak berdiri. Selanjutnya, tumbuhlah pohon keagungan mereka dan menghasilkan buahnya yang bisa dipetik setiap saat dengan izin Rabb-nya.

Mengasingkan diri (uzlah) dari semua hal yang melalaikan manusia dari kebaikan dan ketaatan merupakan obat yang sudah diuji coba dan dibuktikan kemujarabannya oleh para ahli pengobatan hati. Banyak cara
untuk menjauhkan diri dari kejahatan dan permainan yang sia-sia. Diantaranya adalah; mengisi waktu dengan menyuntikkan wawasan baru ke dalam akal pikiran, menjalankan semua hal yang sesuai dengan kaedah "takut kepada Allah", dan juga menghadiri majelis-majelis pertaubatan dan dzikir. Betapapun, perkumpulan atau majelis yang terpuji dan patut dikunjungi adalah yang digunakan untuk menjalankan shalat berjamaah, menuntut dan mengajarkan ilmu, atau untuk saling membantu dalam kebaikan. Maka dari itu, hindarilah majelis-majelis yang tidak jelas tujuannya dan tidak pula berguna!

Ali ibn Abdul Aziz al-Jurjani berkata,
"Mereka bilang padaku bahwa dalam dirimu ada kemurungan.
Sebenarnya mereka melihat seorang yang menjauhi sikap yang rendah.
Jika dikatakan, ada mata air, saya katakan saya telah melihatnya,
namunjiwa merdeka tahan terhadap rasa haus
Saya tidak menunaikan hak ilmu jika setiap kali aku melihat
sesuatu yang menggiurkan kujadikan dia tangga bagi diriku
Apakah aku akan melakukan itu kemudian aku memetik kehinaan?
Itu sama dengan mengikuti kebodohan yang demikian pasti.
Andaikata orang berilmu menjaganya dia pasti menjaga mereka.
Andaikata mengagungkannya di dalam jiwa pasti mereka diagungkan.
Namun mereka meremehkannya, maka hinalah mereka
mereka menggotorinya dengan ketamakan hingga dia bermuka masam."


Sementara itu Ahmad ibn Khalil al-Hanbali berkata,
"Siapa menginginkan kemuliaan dan ketenangan dari kesedihan
panjang melelahkan,
ia harus menyendiri dan rela dengan yang sedikit saja.
Bagaimana seseorang akanjadi bersih, jika ia hidup dari yang kotor.
Antara fitnah, celaan para penipu dan bujukan kata manis orangorang
pandir.
Di tengah-tengah para penghasut dan kekerdilan orang-orang kikir

Ah, menyesal aku harus mengenal orang, menyesal harus mengenal
jalan hidupnya. "


Qadhi Ahmad ibn Abdul Aziz al-Jurjani berkata,
"Tak pernah kunikmati manisnya hidup hingga teman dudukku rumah
dan buku.
Tak ada yang lebih mulia daripada ilmu karenanya aku mencarinya
untuk teman akrab.
Kehinaan itu ada karena pergaulan, tinggalkanlah mereka dan
hiduplah dengan mulia."


Penyair yang lain berkata,
"Aku diam dalam kesendirian dan tinggal dalam rumahku,
ada rasa tentram, dan tumbuh berkembang kebahagiaanku.
Kuputuskan hubunganku dengan sesama, dan aku tidak peduli
apakah pasukan telah berangkat atau panglima telah menunggang
kudanya."


Al-Humaydi al-Muhaddats berkata,
Pertemuan dengan manusia tak akan mendatangkan faedah apa-apa,
kecuali hanya menambah pembicaraan yang tak tertata
Kurangilah intensitas bertemu dengan mereka
selain untuk menuntut ilmu atau melakukan kebaikan


Ibnu Faris berkata,
"Mereka berkata, bagaimana keadaanmu, kujawab, baik.
Satu kebutuhan terpenuhi dan yang lainnya tidak
Jika kesedihan telah menyesakkan dada
Saya katakan, semoga akan datang satu hari dengan bantuan
Temanku adalah kucingku, sahabat jiwaku adalah buku-buku
sedangkan kekasihku adalah lentera malam."


Dikutip dari buku La Tahzan

Mengapa Aku Menjadi Pemulung?

Mengapa aku menjadi pemulung? Ah! tiba-tiba saja pertanyaan itu terbersit di otakku. Apa yang salah dengan profesiku? Ups! Bukan profesi, tapi pekerjaan. Aku pernah kuliah, dan aku tahu apa beda antara profesi dan pekerjaan. Ya, pekerjaanku adalah pemulung sampah. Mengumpulkan satu demi satu bolot plastik bekas untuk dijual, untuk makan.

Aneh tapi nyata. Ijasah terakhirku Sarjana Pendidikan di salah satu universitas di negeri mimpi ini. Tentunya bukan pendidikan pemulung. Tak ada orang yang bercita-cita jadi pemulung. Aku yakin. Dan semua ini karena mungkin aku kesasar.

Huft! Kebanyakan orang bercita-cita mencapai bangku pendidikan tertinggi. Setidaknya pernah duduk di perguruan tinggi. Seperti aku. Aku sangat semangat kuliah dulunya. Setiap hari terobsesi mendapatkan beasiswa dan penghasilan tambahan. Aku senang menjadi mahasiswa.

Sampai akhirnya aku lulus, tiba-tiba saja bingung. Ya, bingung! Aku yang dulunya sangat mudah mendapat sumber dana, tiba-tiba menjadi salah satu pengangguran di negeri ini. Judulnya sarjana pengangguran. Ternyata mencari kerja dengan ijasah tak semudah makan gorengan. Mau kerja di perusahaan... Perusahaan siapa? Perusahaan nenek moyangmu... Nenek moyangmu kan seorang pelaut bukan pengusaha. Itu perusahaan khusus menampung keturunan pengusaha.

Hah... akhirnya pekerjaan yang tepat untukku adalah menjadi pemulung. Tak perlu punya nenek moyang seorang pemulung, siapa saja yang bersedia, silakan bisa menjadi pemulung. Negeri ini sudah penuh dengan sampah. Lebih banyak membutuhkan tenaga pemulung daripada pedagang atau pengusaha. Negeri yang bagaikan tempat sampah dunia. Segala macam barang bekas buangan malah menjadi barang impor.

Ini, ijasahku masih indah dalam pigura. Tapi sama sekali tak berguna. Menjadi pemulung tak perlu ijasah. Hanya perlu kemauan dan kesediaan tampak rendah di mata manusia. Orang yang begitu berjasa, dipandang sebelah mata. Mereka tak sadar, betapa pentingnya keberadaan pemulung. Tapi hidup mereka tak sejahtera. Setiap hari hidup dalam kecukupan. Alhamdulillah....

Aku jadi ingat. Ketika kuliah, aku memiliki seorang sahabat. Dia pintar, sangat beruntung dalam segala hal. Dia sangat aktif dengan kegiatan kampus. Banyak penghargaan yang didapatkan. Setiap kali bercerita, wajahnya penuh rasa bahagia....

Yah... seperti kutipan dalam film 3 Idiots: "Kita akan sedih jika melihat sahabat kita gagal. Tapi kita akann lebih bersedih melihat sahabat kita lebih berhasil dari kita."

Begitulah perasaanku. Mungkin aku cemburu saat itu. Tapi, aku memang punya keterbatasan sehingga aku tak bisa seperti dirinya.

"Orang sukses bukanlah orang yang memiliki banyak penghargaan, tetapi orang yang mampu menjadikan orang lain bisa sukses seperti dirinya."

Itulah hal yang tak dimiliki sahabatku. Sikap Ujub sangat melekat dalam dirinya. Entah ia sadar atau tidak. Juga sangat arogan dan egois. Tapi aku tetap menyayanginya. Meskipun sekarang kita berbeda dunia, yang kukenang dia telah banyak membantuku.

Itulah alasan mengapa aku jadi pemulung. Karena sahabatku tak mengajakku ke jalan yang benar. Tapi sekarang, ini menjadi jalanku dan aku tak menyesal. Aku akan berusaha menjadi pemulung yang sukses, pemulung yang mampu membersihkan negeri ini.

Untuk The Flash

KEBIMBANGAN

Hati manusia hanya tercipta satu. Tapi di dalamnya begitu luas... sehingga banyak hal yang dapat kita simpan di dalamnya. Salah satunya adalah rasa cinta terhadapmu yang masih kusimpan dengan baik. Selain rasa cinta kepadamu, masih banyak rasa cinta yang lain... rasa cinta yang berwarna-warni dan menghiasi hidupku. Satu cinta itu ibarat sebuah kuku yang membuat jari-jari kita terlihat indah, menarik hati. Namun satu saja kuku lepas, rasanya sangat sakit. Jari kita tak akan secantik yang dulu.

Aku harap... semua rasa cinta ini tetap bisa dipertahankan. Hidupku tak akan sempurna jika salah satu tak ada. Keberadaanmu sangat berarti, namun keberadaan yang lain juga berarti. Entah apa yang akan terjadi esok, tak perlu kita pikirkan. Karena hari ini adalah milik kita.

Seandainya esok kita tak lagi bisa bersama, maka janganlah bersedih. Kemarin kita pernah bersama. Mungkin setelah esok, kita bisa bersama lagi. Hal terpenting adalah kita harus selalu memiliki harapan. Karena harapan ibarat oase yang membuat kita tetap bertahan hidup. Jangan pernah menyakiti orang  yang menyayangi kita. Jangan menambah musuh, tapi tambahlah keluarga. Tambahlah rasa cinta kasih sesama manusia. Karena dunia ini sudah cukup dipenuhi orang-orang yang saling membenci.

Jika nanti, esok, atau lusa...
Aku tak lagi bernapas...
Ketahuilah,
Hal terindah yang pernah aku rasakan di dunia ini
Adalah bisa mengenalmu
Bisa berteman denganmu
Semoga kita bisa berteman selamanya
:')

Rabu, 21 Desember 2011

Novel Sang Pemimpi

 "Janganlah menyembah jikalau tidak mengetahui siapa yang disembah, jika engkau tidak mengetahui siapa yang disembah akhirnya cuma menyembah ketiadaan, suatu sembahan yang sia-sia." (Syekh Siti Jenar)
Itulah sebuah kutipan yang dapat kita temui dalam salah satu seri dari Tetralogi Laskar Pelang. Entah mengapa kutipan itu dimasukkan. Whatever!
Okay

Bagi pecinta Laskar Pelangi, silakan download seri ke-2 dari Tetrlogi Laskar Pelangi ini.
Selamat membaca
:)

Download Link:
Sang Pemimpi_Andrea Hirata

Catatan Hati Seorang Istri (Asma Nadia)

Saat cinta berpaling dan hati menjelma serpihan-serpihan kecil, saat prahara terjadi, saat ujian demi ujian-Nya terasa terlalu besar untuk ditanggung sendiri, kemanakah seorang istri harus mencari kekuatan agar hati mampu terus bertasbih?

Telah kutinggalkan cemburu di sudut kamar gelap
Telah kuhanyutkan duka pada sungai kecil yang mengalir dari mataku
Telah kukabarkan lewat angin gerimis
Tentang segala catatan hati yang terhampar di tiap jengkal sajadah
Dalam tahajud dan sujud panjangku

Itulah sepenggal kata-kata indah dalam buku Catatan Hati Seorang Istri yang sungguh sangat menyentuh hati. Buku yang mengisahkan beraneka warna kehidupan tentang wanita. Senyuman, tangisan, ketabahan, ketidakberdayaan, penderitaan, dan kebahagiaan... semua ini tentang para wanita, para kaum istri. Melalui buku ini, kita akan lebih memahami perasaan seorang wanita, perasaan seorang istri.

Download Link:
Catatan Hati Seorang Istri

Proposal Penelitian Tindakan Kelas SD

KUMPULAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan persyaratan memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S-1) atau Diploma IV yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sebagai agen pembelajaran, guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Guru yang profesional merupakan kunci keberhasilan pembelajaran karena guru yang profesional akan selalu berusaha melakukan pembelajaran yang efektif. Untuk meningkatkan profesionalismenya, seorang guru perlu melakukan PTK. Berikut merupakan contoh-contoh Proposal PTK. Semoga bermanfaat untuk rekan-rekan guru maupun calon guru.
Proposal PTK: Peningkatan Minat Belajar Siswa SD Terhadap Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe TGT
Proposal PTK: Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe NHT
Lampiran Proposal RPP
Proposal PTK: PEningkatan Kualitas Pembelajaran IPA
Proposal PTK: IPA Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA
Proposal PTK: PEningkatan Kualitas Pembelajaran IPA
Contoh Draf Proposal PTK
Proposal PTK IPA
Peraturan Menteri Pendidikan NAsional
Media Pembelajaran MAtematika Interaktif

Filsafat Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Seorang guru sekolah dasar sewajarnya memahami filsafat dalam melaksanakan tugasnya sebagi pendidik, yang nanti pada akhirnya kita dapat menentukan sikap yang sesuai dengan tuntutan kita sebagai pendidik. Selain itu kita sudah sepatutnya memahami filsafat dalam praktek pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada sutu kepribadian yang diharapkan. Dan mampu berperan dalam hubungan sosial.
Selain itu kita nantinya perlu memahami lebih dalam berbagai filsafat yang berkembang dalam dunia pendidikan.  Sehingga sikap kita sebagai guru dapat menjadi sosok yang patut diteladani. Baik dalam menyeles ikan masalah-masalah yang ada akaitannya dengan masalah filsafat pendidikan.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Objek materi apa saja yang dipelajari dalam filsafat?
2.      Bagaimanakah pandanagan yang berkembang mengenai adanya filsafat?
3.      Problem-problem apakah yang menjadi kajian filsafat dan pendidikan?


C.     TUJUAN PENULISAN
Dengan memahami pokok bahsan ini, diharapkan dapat:
1.      Menjelaskan berbagai objek materi dalam kajian filasafat termasuk filsafat pendidikan.
2.      Dapat menentukan salah satu pandangan yanf berkembang mengenai filsafat yang sesuai dengan kepribadian.
3.      Dapat mencari solusi dari problem-problem yang terdapat pada filsafat dan pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN

A.     OBJEK DAN SUDUT PANDANG FILSAFAT
Berpikir merupakan subjek dari filsafat pendidikan. Akan tetapi, tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Subyek filsafat pendidikan adalah seseorang yang berpikir atau memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam tentang bagaimana memperbaiki pendidikan.
Obyek filsafat, obyek itu dapat berupa suatu barang atau subyek itu sendiri. Obyek filsafat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1)      Obyek materi, yaitu segala sesuatu atau realita, ada yang harus ada (disebut dengan absoluth/ mutlak, yaitu Sang Pencipta) dan ada yang tidak harus ada (mahluk yang diciptakan Tuhan).
2)      Obyek formal/ sudut pandang, yaitu mencari keterangan sedalam-dalamnya, sampai keakarnya persoalan sampai kepada sebab-sebab terakhir tentang objek materi filsafat, sepanjang kemungkinan yang ada pada akal budi manusia.

Pandangan atau sudut pandang yang berbeda terhadap suatu obyek akan melahirkan filsafat yang berbeda-beda. Misalnya, mengambil manusia sebagai obyeknya. Jika dilihat dari segi jiwanya saja, maka akan muncul filsafat tentang jiwa manusia, yang disebut Psikologi. Jika dilihat dari segi rasa, muncul filsafat yang disebut estetika. Jika dilihat dari segi akal manusia, muncul filsafat yang dikenal Logika.
Pandangan mengenai hasil dari usaha manusia menyangkut akal, rasa dan kehendak dapat dijadikan satu, yang disebut filsafat kebudayaan. Sebab kebudayaan menyangkut ketiga segi dan alat-alat kejiwaan manusia tadi.
Selanjutnya, jika ilmu pengetahuan yang menjadi menjadi objek filsafat maka menjadi filsafat ilmu pengetahuan. Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan, maka perlu diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:
1)      Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti cara berfikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan.
2)      Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.
3)      Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.
4)      Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran yang tidak didasari dengan pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif. Dimaksud dengan nilai obyektif oleh permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada pada obyek yang dipikirkannya.

Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:
1)      Cosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, serta proses kejadian kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.
2)      Ontologi yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan kearah mana proses kejadiannya. Pemikiran ontologis akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu satu zat (monisme) ataukah dua zat (dualisme) atau banyak zat (pluralisme). Dan apakah kekuatan penciptaan alam semesta ini bersifat kebendaan, maka paham ini disebut materialisme.

B.     SIKAP MANUSIA TERHADAP FILSAFAT
Sesuai dengan macam-macam dan perbedaan pengertian mereka terhadap arti kata filsafat, maka dapat digolongkan menjadi :
1)      Pandangan yang berpendapat bahwa setiap mendengar kata “ filsafat “ maka yang ada dalam bayangan mereka adalah sesuatu yang ruwet dan sulit. Yang dalam yang hanya dapat dipahami oleh orang tertentu saja.
2)      Pandangan yang bersifat skeptis, yakni orang-orang yang berpendapat bahwa filsafat adalah sesuatu perbuatan yang tidak ada gunanya.
3)      Pandangan yang bersifat negatif karena mengambil manfaat secara negatif,  dengan mengatakan dengan berfilsafat adalah bermain api atau berbahaya. Karena pengertian filsafat hanya dibatasi pada pengertian mencari hakikat Tuhan.
4)      Golongan yang memandang dari sudut positif, yakni filsafat adalah suatu lapangan studi, tempat melatih akal untuk berpikir. Jadi setiap manusia mempunyai kemungkinan untuk berfilsafat.

Filsafat sebagai lapangan studi banyak memberikan nilai kegunaan bagi yang mempelajarinya, antara lainnya:
1)      Ilmu filsafat dapat dijadikan pedoman dalam kenyataan kehidupan sehari-hari baik sebagai individu ataupun sebagai anggota masyarakat.
2)      Bila memiliki filsafat hidup, pandangan hidup akan menjadi mantap yang akhirnya menentukan criteria baik buruknya tingkah laku, yang dipilih atas dasar keputusan batin sendiri. Jadi manusia telah memiliki kebebasan dan kepribadian sendiri.
3)      Kehidupan dan penghidupan ke arah gejala yang negatif dalam keadaan masyarakat yang serba tidak pasti akan dapat dikurangi.
4)      Tingkah laku manusia pada dasarnya ditentukan oleh filsafat hidupnya, maka manusia terus berusaha memiliki filsafat agar tingkah lakunya berguna.



C.     PROBLEM ESENSIAL FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Lodge mengatakan bahwa seluruh proses dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pendidikan baginya.
Kependidikan memiliki ruang lingkup yang luas, karena menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, ada banyak permasalah pendidikan yang dihadapi. Permasalahan pendidikan ada yang sederhana yang menyangkut praktik dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi ada pula di antaranya yang menyangkut masalah ang bersifat mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga banyak menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.
Beberapa contoh permasalahan pendidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya adalah:
1)      Apakah pendidikan bermanfaat atau berguna membina kepribadian manusia atau tidak? Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian ataukah faktor luar? Mengapa anak yang potensi hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan yang baik tidak mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana diharapkan?
2)      Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya? Apakah pendidikan berguna bagi individu sebdiri atau untuk kepentingan sosial; apakah pendidikan itu dipusatkan pada pembinaan manusia pribadi atau masyarakat?
3)      Apakah hakikat masyarakat itu dan bagaimanakah kedudukan individu di dalam masyarakat?
4)      Untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal, apakah pendidikan yang diutamakan, yang relevan dengan pembinaan  kepribadian sehingga cakap memangku suatu jabatan di masyarakat?
5)      Bagaimana asas penyelengaraan pendidikan yang baik, sentralisasi, desentralisasi atau otonomi?
Masalah-masalah tersebut hanyalah sebagian dapi problematika pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis. Dalam memecahkan masalah tersebut, analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya. Di antaranya pendekatan yang digunakan antara lain:
1)      Pendekatan secara spekulatif
Pendekatan ini disebut juga pendekatan reflektif, yang berrati memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan. Dengan teknik pendekatan ini, dimaksudkan adalam memikirkan, mempertimbangkan, dan menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari hakikat yang sebenarnya. Masalah pendidikan memang berhubungan dengan hal-hal yang harus diketahui hakikatnya, seperti apakah hakikat mendidik dan pendidikan, hakikat manusia, hakikat manusia, masyarakat, kepribadian, kurikulum, kedewasaan, dan sebagainya.
2)      Pendekatan normatif
Yaitu nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan, juga merupakan masalah kependidikan. Dengan pendekatan ini, diharapkan untuk berusaha memahami nilai-nilai norma yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia dalam proses kehidupan, serta bagaimana hubungan nilai dan norma tersebut dengan pendidikan. Sehingga dapat dirumuskan petunjuk-petunjuk ke arah mana usaha pendidikan akan diarahkan.
3)      Pendekatan analisa konsep
Artinya, pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap suatu obyek. Setiap orang memiliki pengertian atau penangkapan yang berbeda-beda mengenai suatu hal yang sama. Dengan pendekatan ini, diharapkan untuk memahami konsep dari para ahli pendidikan tentang bagaimana masalah yang berhubungan dengan pendidikan.
4)      Analisa ilmiah
Sasaran pendekatan ini adalah masalah-masalah kependidikan yang aktual, yang menjadi problema di masa kini. Dengan menggunakan metode-metode ilmiah, dapat didiskripsikan dan kemudian dipahami permasalah-permasalahan yang hidup dalam masyarakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.

Selanjutnya, menurut Harry Schofield, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Bernadib dalam bukunya Filsafat Pendidikan, menekankan bahwa analisa filsafat terhadap masalah-masalah pendidikan digunakan dua macam pendekatan, yaitu:
1)      Pendekatan filsafat historis
Yaitu dengan cara mengadakan deteksi dari pertanyaan-pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dari para ahli filsafat sepanjang sejarah. Dari jawaban-jawaban yang ada, dapat dipilih jawaban mana yang sekiranya sesuai dan dibutuhkan.
2)      Pendekatan filsafat kritis
Yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan diusahakan jawabannya secara filosofis pula. Analisa dalam pendekatan filsafat kritis adalah:
1)      Analisa bahasa (linguistik)
Analisa bahasa adalah usaha untuk mengadakan interpretasi yang menyangkut pendapat-pendapat mengenai makna yang dimilikinya.
2)      Analisa konsep
Sedangkan analisa konsep adalah suatu analisa mengenai istilah-istilah (kata-kata) yang mewakili gagasan.


BAB III
PENUTUP

A.     SIMPULAN
Dalam kajian filsafat terutama dalam kajian filsafat pendidikan kita sebagai calon guru dihadapkan pada problem-problem yang bersangkutan dengan kepribadian kita sebagai calon guru baik dalam mengambil sikap untuk membimbing peserta didik untuk berperilaku yang sesuai dengan yang diharapkan.
Selain itu kita sebagai calon guru juga dihadapkan pada berbagai pandangan mengenai filsafat. Dimana kita sebagai calon guru haruslah mempunyai filsafat hidup yang nantinya dapat membimbing pandangan hidup menjadi lebih mantap.
Tidak terlepas dari itu semua kita dalam kehidupan selalu dihadapkan pada problem-problem yang menuntut kita untuk mamapu memberikan solusi pada setiap problema yang ada. Termasuk problema dalam bidang pendididkan berkaitan dengan peserta didik.

B.     SARAN
1.      Bagi dosen untuk dapat memberikan gambaran mengenai filsafat dan pendididkan
2.      Agar pembelajaran menjadi maksimal perlu adanya partisipasi setiap mahasiswa termasuk dalam berdiskusi
3.      Bagi semua pihak semoga makalah ini menjadi motivasi kita untuk berlajar dan menggali ilmu



Selasa, 20 Desember 2011

Problema Pokok Filasafat dan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Seorang guru sekolah dasar sewajarnya memahami filsafat dalam melaksanakan tugasnya sebagi pendidik, yang nanti pada akhirnya kita dapat menentukan sikap yang sesuai dengan tuntutan kita sebagai pendidik. Selain itu kita sudah sepatutnya memahami filsafat dalam praktek pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada sutu kepribadian yang diharapkan. Dan mampu berperan dalam hubungan sosial.
Selain itu kita nantinya perlu memahami lebih dalam berbagai filsafat yang berkembang dalam dunia pendidikan.  Sehingga sikap kita sebagai guru dapat menjadi sosok yang patut diteladani. Baik dalam menyeles ikan masalah-masalah yang ada akaitannya dengan masalah filsafat pendidikan.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Objek materi apa saja yang dipelajari dalam filsafat?
2.      Bagaimanakah pandanagan yang berkembang mengenai adanya filsafat?
3.      Problem-problem apakah yang menjadi kajian filsafat dan pendidikan?


C.     TUJUAN PENULISAN
Dengan memahami pokok bahsan ini, diharapkan dapat:
1.      Menjelaskan berbagai objek materi dalam kajian filasafat termasuk filsafat pendidikan.
2.      Dapat menentukan salah satu pandangan yanf berkembang mengenai filsafat yang sesuai dengan kepribadian.
3.      Dapat mencari solusi dari problem-problem yang terdapat pada filsafat dan pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN

A.     OBJEK DAN SUDUT PANDANG FILSAFAT
Berpikir merupakan subjek dari filsafat pendidikan. Akan tetapi, tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Subyek filsafat pendidikan adalah seseorang yang berpikir atau memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam tentang bagaimana memperbaiki pendidikan.
Obyek filsafat, obyek itu dapat berupa suatu barang atau subyek itu sendiri. Obyek filsafat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1)      Obyek materi, yaitu segala sesuatu atau realita, ada yang harus ada (disebut dengan absoluth/ mutlak, yaitu Sang Pencipta) dan ada yang tidak harus ada (mahluk yang diciptakan Tuhan).
2)      Obyek formal/ sudut pandang, yaitu mencari keterangan sedalam-dalamnya, sampai keakarnya persoalan sampai kepada sebab-sebab terakhir tentang objek materi filsafat, sepanjang kemungkinan yang ada pada akal budi manusia.

Pandangan atau sudut pandang yang berbeda terhadap suatu obyek akan melahirkan filsafat yang berbeda-beda. Misalnya, mengambil manusia sebagai obyeknya. Jika dilihat dari segi jiwanya saja, maka akan muncul filsafat tentang jiwa manusia, yang disebut Psikologi. Jika dilihat dari segi rasa, muncul filsafat yang disebut estetika. Jika dilihat dari segi akal manusia, muncul filsafat yang dikenal Logika.
Pandangan mengenai hasil dari usaha manusia menyangkut akal, rasa dan kehendak dapat dijadikan satu, yang disebut filsafat kebudayaan. Sebab kebudayaan menyangkut ketiga segi dan alat-alat kejiwaan manusia tadi.
Selanjutnya, jika ilmu pengetahuan yang menjadi menjadi objek filsafat maka menjadi filsafat ilmu pengetahuan. Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan, maka perlu diikuti pola dan pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah:
1)      Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti cara berfikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan.
2)      Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan yang mendasar sampai keakar-akarnya.
3)      Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.
4)      Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran-pemikiran yang tidak didasari dengan pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), akan tetapi mengandung nilai-nilai obyektif. Dimaksud dengan nilai obyektif oleh permasalahannya adalah suatu realitas (kenyataan) yang ada pada obyek yang dipikirkannya.

Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:
1)      Cosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, serta proses kejadian kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.
2)      Ontologi yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam semesta, dari mana dan kearah mana proses kejadiannya. Pemikiran ontologis akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu satu zat (monisme) ataukah dua zat (dualisme) atau banyak zat (pluralisme). Dan apakah kekuatan penciptaan alam semesta ini bersifat kebendaan, maka paham ini disebut materialisme.

B.     SIKAP MANUSIA TERHADAP FILSAFAT
Sesuai dengan macam-macam dan perbedaan pengertian mereka terhadap arti kata filsafat, maka dapat digolongkan menjadi :
1)      Pandangan yang berpendapat bahwa setiap mendengar kata “ filsafat “ maka yang ada dalam bayangan mereka adalah sesuatu yang ruwet dan sulit. Yang dalam yang hanya dapat dipahami oleh orang tertentu saja.
2)      Pandangan yang bersifat skeptis, yakni orang-orang yang berpendapat bahwa filsafat adalah sesuatu perbuatan yang tidak ada gunanya.
3)      Pandangan yang bersifat negatif karena mengambil manfaat secara negatif,  dengan mengatakan dengan berfilsafat adalah bermain api atau berbahaya. Karena pengertian filsafat hanya dibatasi pada pengertian mencari hakikat Tuhan.
4)      Golongan yang memandang dari sudut positif, yakni filsafat adalah suatu lapangan studi, tempat melatih akal untuk berpikir. Jadi setiap manusia mempunyai kemungkinan untuk berfilsafat.

Filsafat sebagai lapangan studi banyak memberikan nilai kegunaan bagi yang mempelajarinya, antara lainnya:
1)      Ilmu filsafat dapat dijadikan pedoman dalam kenyataan kehidupan sehari-hari baik sebagai individu ataupun sebagai anggota masyarakat.
2)      Bila memiliki filsafat hidup, pandangan hidup akan menjadi mantap yang akhirnya menentukan criteria baik buruknya tingkah laku, yang dipilih atas dasar keputusan batin sendiri. Jadi manusia telah memiliki kebebasan dan kepribadian sendiri.
3)      Kehidupan dan penghidupan ke arah gejala yang negatif dalam keadaan masyarakat yang serba tidak pasti akan dapat dikurangi.
4)      Tingkah laku manusia pada dasarnya ditentukan oleh filsafat hidupnya, maka manusia terus berusaha memiliki filsafat agar tingkah lakunya berguna.



C.     PROBLEM ESENSIAL FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu. Lodge mengatakan bahwa seluruh proses dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pendidikan baginya.
Kependidikan memiliki ruang lingkup yang luas, karena menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, ada banyak permasalah pendidikan yang dihadapi. Permasalahan pendidikan ada yang sederhana yang menyangkut praktik dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi ada pula di antaranya yang menyangkut masalah ang bersifat mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga banyak menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat.
Beberapa contoh permasalahan pendidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya adalah:
1)      Apakah pendidikan bermanfaat atau berguna membina kepribadian manusia atau tidak? Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribadian ataukah faktor luar? Mengapa anak yang potensi hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan yang baik tidak mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana diharapkan?
2)      Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya? Apakah pendidikan berguna bagi individu sebdiri atau untuk kepentingan sosial; apakah pendidikan itu dipusatkan pada pembinaan manusia pribadi atau masyarakat?
3)      Apakah hakikat masyarakat itu dan bagaimanakah kedudukan individu di dalam masyarakat?
4)      Untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal, apakah pendidikan yang diutamakan, yang relevan dengan pembinaan  kepribadian sehingga cakap memangku suatu jabatan di masyarakat?
5)      Bagaimana asas penyelengaraan pendidikan yang baik, sentralisasi, desentralisasi atau otonomi?
Masalah-masalah tersebut hanyalah sebagian dapi problematika pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis. Dalam memecahkan masalah tersebut, analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya. Di antaranya pendekatan yang digunakan antara lain:
1)      Pendekatan secara spekulatif
Pendekatan ini disebut juga pendekatan reflektif, yang berrati memikirkan, mempertimbangkan, juga membayangkan dan menggambarkan. Dengan teknik pendekatan ini, dimaksudkan adalam memikirkan, mempertimbangkan, dan menggambarkan tentang sesuatu obyek untuk mencari hakikat yang sebenarnya. Masalah pendidikan memang berhubungan dengan hal-hal yang harus diketahui hakikatnya, seperti apakah hakikat mendidik dan pendidikan, hakikat manusia, hakikat manusia, masyarakat, kepribadian, kurikulum, kedewasaan, dan sebagainya.
2)      Pendekatan normatif
Yaitu nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan, juga merupakan masalah kependidikan. Dengan pendekatan ini, diharapkan untuk berusaha memahami nilai-nilai norma yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia dalam proses kehidupan, serta bagaimana hubungan nilai dan norma tersebut dengan pendidikan. Sehingga dapat dirumuskan petunjuk-petunjuk ke arah mana usaha pendidikan akan diarahkan.
3)      Pendekatan analisa konsep
Artinya, pengertian, atau tangkapan seseorang terhadap suatu obyek. Setiap orang memiliki pengertian atau penangkapan yang berbeda-beda mengenai suatu hal yang sama. Dengan pendekatan ini, diharapkan untuk memahami konsep dari para ahli pendidikan tentang bagaimana masalah yang berhubungan dengan pendidikan.
4)      Analisa ilmiah
Sasaran pendekatan ini adalah masalah-masalah kependidikan yang aktual, yang menjadi problema di masa kini. Dengan menggunakan metode-metode ilmiah, dapat didiskripsikan dan kemudian dipahami permasalah-permasalahan yang hidup dalam masyarakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.

Selanjutnya, menurut Harry Schofield, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Bernadib dalam bukunya Filsafat Pendidikan, menekankan bahwa analisa filsafat terhadap masalah-masalah pendidikan digunakan dua macam pendekatan, yaitu:
1)      Pendekatan filsafat historis
Yaitu dengan cara mengadakan deteksi dari pertanyaan-pertanyaan filosofis yang diajukan, mana-mana yang telah mendapat jawaban dari para ahli filsafat sepanjang sejarah. Dari jawaban-jawaban yang ada, dapat dipilih jawaban mana yang sekiranya sesuai dan dibutuhkan.
2)      Pendekatan filsafat kritis
Yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan diusahakan jawabannya secara filosofis pula. Analisa dalam pendekatan filsafat kritis adalah:
1)      Analisa bahasa (linguistik)
Analisa bahasa adalah usaha untuk mengadakan interpretasi yang menyangkut pendapat-pendapat mengenai makna yang dimilikinya.
2)      Analisa konsep
Sedangkan analisa konsep adalah suatu analisa mengenai istilah-istilah (kata-kata) yang mewakili gagasan.


BAB III
PENUTUP

A.     SIMPULAN
Dalam kajian filsafat terutama dalam kajian filsafat pendidikan kita sebagai calon guru dihadapkan pada problem-problem yang bersangkutan dengan kepribadian kita sebagai calon guru baik dalam mengambil sikap untuk membimbing peserta didik untuk berperilaku yang sesuai dengan yang diharapkan.
Selain itu kita sebagai calon guru juga dihadapkan pada berbagai pandangan mengenai filsafat. Dimana kita sebagai calon guru haruslah mempunyai filsafat hidup yang nantinya dapat membimbing pandangan hidup menjadi lebih mantap.
Tidak terlepas dari itu semua kita dalam kehidupan selalu dihadapkan pada problem-problem yang menuntut kita untuk mamapu memberikan solusi pada setiap problema yang ada. Termasuk problema dalam bidang pendididkan berkaitan dengan peserta didik.

B.     SARAN
1.      Bagi dosen untuk dapat memberikan gambaran mengenai filsafat dan pendididkan
2.      Agar pembelajaran menjadi maksimal perlu adanya partisipasi setiap mahasiswa termasuk dalam berdiskusi
3.      Bagi semua pihak semoga makalah ini menjadi motivasi kita untuk berlajar dan menggali ilmu