Laman

Sabtu, 16 Juli 2011

KBM Sebagai Suatu Sistem

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SEBAGAI SUATU SISTEM


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Belajar dan Pembelajaran SD
Dosen Pengampu: Aris Mujiono

Oleh:
1.      Maoidatul Dwi Kurniati         (1402408303)
2.      Retnani Anisah                       (1402408159)
3.      Mohammad Latiful Amin       (1402408106)

Rombel 05



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Hidup dan segala sesuatu di sekitar kita merupakan gabungan dari sistem dan sub-sistem. Seorang manusia adalah suatu sistem. Kehidupan manusia di dalam suatu keluarga adalah satu sistem. Rumah, kereta, tren, sekolah, organisasi, desa, kampus, perkumpulan pemain bola, kedai, pejabat, kerajaan, negara, dunia, universe dan lain-lain adalah sistem-sistem.
Bertolak dari identifikasi sistem tersebut, banyak sekolah yang berjalan tanpa adanya sistem yang baik. Semua komponen tidak terkoordinasi dengan baik. Akibatnya banyak dari komponen itu tidak bejalan efektif dan efisien. Padahal pengajaran berkaitan dengan hal bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar. Proses pembelajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan rencananya mencakup tiga hal, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengajaran dilakukan dalam waktu yang bekala, baik waktu untuk jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang. Program pengajaran merupakan suatu program bagaimana mengajarkan apa-apa yang sudah dirumuskan dalam kurikulum. Dewasa ini konsep yang banyak mewarnai pengajaran disekolah dasar dan sekolah menengah di indonesia adalah konsep teknologi pendidikan. Khususnya pengajaran sebagai sistem.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.      Apakah yang dimaksud dengan belajar?
2.      Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran?
3.      Apakah yang dimaksud dengan sistem?
4.      Apasajakah yang termasuk komponen dalam sistem kegiatan belajar mengajar?


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Belajar
Slavin dalam (tri Anni, 2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Gagne dalam (Tri Anni, 2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan  perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.
Menurut  William  James,   John Dewey,    James  cartel   dan  Edward (dalam Winataputra, 2007) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) tersebut di peroleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian belajar sepanjang hayat.
Menurut skinner (dalam Suhartinah, 2007) belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Proses adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal, apabila ia diberi penguatan (reinforce).
Menurut  Siddiq (2008: 1-3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak trampil menjadi trampil.
Gagne (dalam  Siddiq , 2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut ada tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.      
1)            Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar jika pikiran dan perasaannya aktif. 
2)            Perubahan perilaku
Hasil belajar perubahan-perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya.
3)            Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Winkel (dalam Kurnia, 2007: 1-30) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasil-kan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif.

B.     Pengertian Pembelajaran
Menurut Siddiq (2008), pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran  merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu.
Menurut Winataputra dkk, (2007), pembelajaran merupakan kegiatan untuk menginisisasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.
Menurut pasal 1 butir 20 Butir Nomor  20  tahun  2003  tentang   Sisdiknas (dalam Winataputra, 2007) yakni, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Dalam konsep tersebut terkandung 4 konsep, yakni interaksi peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar.
Menurut Hernawan dkk, 2008. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Pembelajaran pada intinya merupakan suatu proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi pembelajaran. Konsep pembelajaran pada dasarnya terbagi kedalam dua konsep yang berlangsung secara bersamaan, yaitu proses belajar yang dilakukan oleh siswa dan proses mengajar yang dilakukan oleh guru.
Beberapa pengertian di atas dapat disatukan bahwa hakekat pembelajaran adalah suatu kegiatan dalam  proses belajar dan mengajar dimana terjadi komunikasi yang berarti antara siswa dengan guru yang didukung oleh sumber belajar dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan.

C.     Pengertian Sistem
Dari segi Etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Systema”, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “SYSTEM”, yang mempunyai satu pengertian yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan.
Menurut filsuf Stoa, bahwa sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit dan bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah satu unsur tersebut hilang atau tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan tersebut tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem. Berikut ini adalah definisi kata Sistem menurut beberapa para ahli.
Sistem adalah suatu kesatuan berbagai unsur yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai tujuan atau fungsi sistem tersebut. Sistem sebagai suatu pendekatan merupakan cara pandang sesuatu secara sistematik dan menyeluruh, tidak terpisah-pisahkan. Di dalam suatu sistem terdapat elemen-elemen yang sekaligus menjadi ciri-ciri suatu sistem. Menurut Ryans (1968), ciri-ciri sistem adalah (1) elemen-elemen dapat dikenali, (2) saling berkaitan secara teeratur, (3) merupakan kesatuan organisasi untuk mencapai tujuan/ fungsi, (4) membuahkan hasil yang dapat dikenali.
Sistem adalah rangkaian komponen yang saling berkaitan dan berfungsi ke arah tercapainya tujuan sistem yang telah ditetap­kan lebih dahulu. (Warijan, dkk., 1984: 1). Secara lebih rinci, ciri-ciri yang terkandung dalam sistem atau pendekatan sistem adalah:
            1)            Adanya tujuan
Setiap rakitan sistem pasti bertujuan, tujuan sistem telah ditentu­kan lebih dahulu, dan itu menjadi tolok ukur pemilihan kompo­nen serta kegiatan dalam proses kerja sistem. Komponen, fungsi komponen, dan tahap kerja yang ada dalam suatu sistem meng­arah ke pencapaian tujuan sistem. Tujuan sistem adalah pusat orientasi dalam suatu sistem.
            2)            Adanya komponen sistem (selain tujuan)
Jika suatu sistem itu adalah sebuah mesin, maka setiap bagian (onderdil) adalah komponen dari mesin (sistemnya); demikian pula halnya dengan pengajaran di sekolah sebagai sistem, maka semua unsur yang tercakup di dalamnya (baik manusia maupun non manusia) dan kegiatan-kegiatan lain yang terj adi di dalamnya adalah merupakan komponen sistem. Jadi setiap sistem pasti memiliki komponen-komponen sistem.
            3)      Adanya fungsi yang menjamin dinamika (gerak) dan kesatuan kerja sistem
Penyelenggaraan pengajaran di sekolah merupakan suatu sis­tem, maka setiap komponen yang mempunyai fungsi tertentu itu mesti menyumbang secara sepantasnya dalam rangka mencapai tujuan dan semua fungsi tersebut perlu dikoordinasikan secara terpadu agar proses pengajaran berlangsung secara efektif dan cfisien.
            4)            Adanya interaksi antar komponen
Antar komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling mempengaruhi, dan saling ketergantungan.
Misalnya: keguruan seseorang barulah menjadi nyata jika ada siswa yang bersedia untuk dididiknya; siswa yang responsif, kri­tis, dan koordinatif banyak membantu guru dalam mengem­bangkan kariernya.
            5)            Adanya transformasi dan sekaligus umpan balik
Fungsi dari setiap komponen merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan fungsi sistem. Dalam sistem pengajaran yang berinti pada interaksi personal, peran dari komponen-komponen (selain guru dan siswa) adalah untuk meningkatkan nilai inter­aksi personal tersebut demi keberhasilan belajar siswa. Transfor­masi yang terjadi dalam interaksi guru-siswa secara lebih teknis merupakan transaksi pesan-pesan (pemahaman -> penginte­grasian -> pengembangan diri).

D.     Pendekatan Sistem Pembelajaran
Pendekatan sistem pada yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam psikologi belajar sistemik, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan humanistik, serta kenyataan dalam masyarakat sendiri (Oemar Hamalik, 2003; 125). Sedangkan dalam Pedoman pembelajaran pada kurikulum 1994 bermakna cara menyikapi atau memandang tindak lanjut program pengajaran yang dimuat kurikulum.
Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian mengajar berdasarkan pandangannya masing-masing. Perumusan dan tinjauan itu masing-masing memiliki kebaikan dan kelemahan yang berlandaskan pada teori tertentu, yaitu:
            1)      Mengajar adalah upaya penyampaian pengetahuan pada peserta didik.
            2)      Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui  lembaga pendidikan.

Pembelajaran  adalah upaya  mengorganisasikan  lingkungan  untuk    menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusiawi terlibat dalam sistem pengajaran, terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya.
Senada dengan pendapat di atas, Syaiful Sagala mendefiniskan pembelajaran sebagai membelajarkan siswa menggunakan azas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Dalam proses pembelajaran diperlukan faktor pendukung lain, yaitu faktor lingkungan dan sejumlah faktor yang memang direncanakan untuk menunjang keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan yang dikehendaki, diantaranya kurikulum dan sarana perangkat yang lain. Hal ini terdapat dua kegiatan yang terjadi dalam kesatuan waktu dengan pelaku yang berbeda.
Pelaku belajar adalah siswa, sedangkan pelaku mengajar adalah guru. Kegiatan siswa dan guru berlangsung dalam proses bersamaan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dalam proses pembelajaran terjadi hubungan yang inter aktif antara guru dan siswa dalam ikatan tujuan proses pembelajaran.
Gagne dan Atwi Suparman mengatakan bahwa sistem pengajaran adalah suatu peristiwa yang mempengaruhi siswa seingga terjadi proses belajar. Menurut Oemar Hamalik, terdapat tiga ciri khas dalam sistem pengajaran yaitu:
            1)      rencana, penataan intensional orang, material dan prosedur yang merupakan unsur sistem pengajaran sesuai dengan rencana khusus
            2)      saling ketergantungan
            3)      tujuan

E.      Komponen-Komponen Sistem Pembelajaran
Sebagai suatu sistem, kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen-komponen yang meliputi:
1.      Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu merupakan suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan tersebut akan dibawa.
Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik, baik dalam lingkungan sosialnya maupun diluar sekolah.
Tujuan adalah suatu komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Dari semua komponen tersebut, harus sesuai dan didayagunakan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) siswa yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan.
2.      Subyek Belajar
Subyek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar. Untuk itu, diperlukan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3.      Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran, maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok, dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap/ penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran.
Oleh karena itu, kepada guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan anak didik pada usia tertentu dan juga lingkungan tertentu pula. Minat anak didik, akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan yang mereka inginkan.
4.      Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Dalam Kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, dan akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itulah, siswa yang lebih aktif dan guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka demikian, dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut, akan merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga memudahkan melakukan pendekatan Mastery Learning yang merupakan salah satu strategi belajar-mengajar pendekatan individual.
5.      Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh karena itu, disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.
6.      Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yakni sebagai perlengkapan, pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.
Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dsb. Sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa globe, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram, slide, video, dsb.
7.      Sumber Belajar
Belajar mengajar bukan berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan yang didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai tersebut, tidak mungkin datang dengan sendirinya, akan tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses belajar mengajar.
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana, misalnya disekolah, halaman, pusat kota, pedesaan, dsb. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut, tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya.

BAB III
PENUTUP

A.     Simpulan
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media dan evaluasi. Semua komponen merupakan satu kesatuan, jika ada salah satu komponen yang bermasalah, maka proses belajar-mengajar akan terganggu. Sehingga hasil yang dicapai dalam pembelajaran tidak memuaskan.  

B.     Saran
Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Hal ini menuntut perubahan dalam penggunaan model mengajar, strategi belajar mengajar, pengorganisasian kelas, sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Untuk memenuhi hal tersebut, guru sebaiknya mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sebagai subjek utama dalam belajar dengan mendayagunakan segala komponen yang terdapat dalam sistem pembelajaran..


DAFTAR PUSTAKA




Sugandi, Achmad, dkk. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Press.

Tri Anni, Catarina, dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.


1 komentar:

  1. betul....sekali!

    Kbm adalah sistem untuk menentukan baik tdknya mutu pendidikan, setuju sekali..

    BalasHapus