Islam dan Budaya
Oleh: Candra S.D
Banyak sekali jalur dakwah yang didengungkan para pejuang islam seperti dengan cara kekerasan. Selain itu juga melalui budaya seperti wali 9. Islam di Indonesia khususnya di Jawa lahir melalui budaya Jawa. Perjuangan para wali akan gagal total apabila tidak mendekati masyarakat dengan adat setempat.
Ingatlah bahwa islam di Indonesia bukan hasil kekerasan pedang, melainkan pendekatan budaya-budaya. Dan sejarah sudah membuktikan keberhasilan dakwah ini sampai sekarang dibandingkan dengan jalur lain seperti kekerasan, politik dsb.
Tapi perlu dimengerti, islam bukan budaya tapi langsung dari Allah, sementara budaya adalah hasil karya manusia sebagai budi yang luhur yang perlu diberdayakan. Karena islam yang memeluk adalah manusia, dan manusia memliki peradaban serta budaya. Tentu mereka akan melahirkan budaya-budaya yang cocok dengan islamnya, sehingga disebut "Budaya Islam", bukan islam sebagai budaya.
Sebagaimana Raden Patah mengatakan bahwa sholat anak-anak kraton adalah senam pagi. Bagaimana Sunan Kali Jaga menciptakan wayang. Bagaimana Sunan Drajad menciptkan tembang-tembang Jawa, ini membuktikan bahwa islam di jawa dilahirkan lewat budaya peradaban, agar kesannya tidak over akting dalam penerimaan aqidah.
Hal ini Justru tidak merusak aqidah keimanan umat, melainkan lebih mengakarnya iman dalam hati mereka, sebab ada semacam pendorong yaitu "KESAN", sehingga menerima sesuatu hasilnya lebih kuat dan mengakar dalam akal dan hati.
Kalau tidak percaya, bandingkan orang dari islam keras dengan orang islam seperti jawa. Ternyata orang islam keras lebih mudah terombang ambing daripada orang islam jawa. Sebagai contoh orang islam jawa seperti di desa melakukan selametan/tumpengan (yang sudah di ganti dengan aqidah islam). Coba saja bujuk orang-orang di desa tersebut untuk meninggalkannya, sampai mati pun mereka akan tetap memegang budaya tersebut. Hal ini dikarenakan budaya selametan sudah mengakar dalam akal dan hati mereka.
Tumpengan (ajaran sesajen) berasal dari budaya hindu-budha. Seprti yang dilakukan masyarakat suku Tengger jatim, setiap bulan tertentu mereka membuat sesajen untuk dilayarkan ke laut, sawah dan sebagainya agar dengan sesajen ini memperoleh berkah dari kehidupan tahun depan.
Ini jelas syirik menurut islam sebab menduakan Allah. Bila sekedar budaya, hal itu boleh-boleh saja guna melestarikan warisan nenek moyang kita asalkan tidak membahayakan aqidah islam.
Para Wali sadar bahwa hal-hal seperti ini sangat sulit dihilangkan dari adat kehidupan orang jawa. Lalu mereka mengambil kesepakatan untuk diganti aqidahnya dengan aqidah islam. Budayanya tetap ada bentuk seperti tumpeng, namun di isi dengan do'a-do'a islami.
Sebenarnya pejuang islam tidak berdaya mendobrak suatu peradaban yang sudah ratusan tahun ada semenjak abad Neolitikum. Islam disusupkan sedikit demi sedikit dan mulai dilirik oleh orang-orang hindu-budha. Selain mengajarkan kesejajaran sosial, persaudaraan tidak mengenal kasta, hal itu pun lebih cepat dan mudah diterima oleh kalangan Hindu-Budha.
Umat islam jawa tidak mudah lepas dari tradisi jawanya, bahkan tradisi ini sampai mempengaruhi se-Asia Tenggara hingga sekarang.
Semua hasil dari perjuangan para kekasih Allah dibagian timur, tidak dengan pedang atau kekerasan, melainkan budaya.
Ingatlah bagaimana Sayyidina Ali dibunuh oleh Muljam. Ini faktor politik. sejak saat itu muncul Khawarij dan Syi'ah yang merupakan korban politik yang memanas ditubuh islam saat itu. Sampai akhirnya islam pecah menjadi 73 golongan tidak lain semua ini merupakan korban politik dan kekerasan budaya.
Jadi, islam tidak bisa lepas dari pengruh kultural, sosial bahkan politik.,
"Bahayanya"
Orang akan menarik kesimpulan bahwa agama adalah budaya, dan budaya adalah agama.
Ini pemahaman yang keliru, sampai kdang-kadang yang lebih kuat adalah budayanya daripada substansial keislamannya.
Intinya: yang menancap di hati tumpengnya, bukan islamnya. Mereka tidak akan kuat hakekat islam yang sebenarnya, sebab kejawen-kejawennya lebih kuat mendominasi hati dan akal nya daripada islam educationnya.
Dan obatnya hanya 1, yaitu BELAJAR, BELAJAR DAN BELAJAR AGAMA TERUS MENERUS!!!
Source: http://www.facebook.com/groups/icentras.mig33.community?notif_t=group_activity
Tidak ada komentar:
Posting Komentar