Laman

Rabu, 18 Januari 2012

Proposal PTK Sekolah Dasar - PMRI


A.    JUDUL
Penerapan  Pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia)  untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SDN Bringin 02 Ngaliyan.
B.     BIDANG KAJIAN
Desain dan Strategi Pembelajaran
C.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dan Kurikulum KTSP Tahun 2006 menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas beberapa mata pelajaran dan salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (BSNP, 2006: 66).
Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan obyek konkret yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak (Heruman, 2007 : 1).  
Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa. Sehingga akan melekat pada pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Pepatah Cina mengatakan, “Saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti” (Heruman, 2007 : 2).
Kenyataan dilapangan menurut Pitajeng (2006) ,pada saat ini banyak orang yang tidak menyukai matematika, termasuk anak-anak yang masih duduk dibangku SD-MI. Mereka menganggap bahwa matematika sulit dipelajari, serta guru kebanyakan tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan, killer, angker dan sebagainya. Anggapan ini menyebabkan mereka semakin takut untuk belajar matematika. Sikap ini tentu saja mengakibatkan prestasi belajar matamatika mereka menjadi rendah. Akibat lebih lanjut lagi mereka menjadi semakin tidak suka terhadap matematika. Karena takut dan tidak suka belajar matematika, maka prestasi belajar matematika mereka menjadi semakin merosot. Selain itu pembelajaran yang berlangsung juga tidak menggunakan alat peraga, sehingga penanaman konsep dalam pembelajaran belum terlaksana. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan kurang inovatif.
 Beberapa penelitian  mengungkapkan, bahwa pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan PMRI akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Ini dikarenakan Dengan menggunakan pendekatan PMRI, siswa akan terlibat langsung dalam menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Winartin pada tahun 2010 pada siswa kelas V SD Srondol 02 Kota Semarang dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Geometri Pengukuran Pada Siswa Kelas V SD Srondol 02 Kota Semarang Melalui Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Bernuansa Quantum Teaching. Hasil dari penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa tentang matematika kompetensi dasar menghitung luas bangun dasar. Hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan belajar dari kondisi awal 24% menjadi 96% pada siklus ketiga.
Pelaksanaan pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Pitajeng dan kenyataan diatas juga merupakan gambaran di SDN Bringin 02 Ngaliyan. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas V pada semester 2 bahwa pembelajaran matematika pada aspek geometri  tentang simetri pada kelas V SD Negeri Bringin 02 masih belum optimal. Guru masih sering menggunakan metode ceramah dan belum menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dan realistik. Siswa kurang antusias dalam pembelajaran matermatika karena lebih sering diberi soal-soal matematis dari pada mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Penggunaan alat peraga dan media nyata masih terbatas belum merata pada semua siswa.
Hal ini didukung dari data pencapaian hasil belajar mata pelajaran matematika pada siswa kelas V semester I tahun pelajaran 2010/1011 masih banyak siswa yang nilainya dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 56. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 75 dengan rata-rata kelas 53,67. Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanaan pembelajaran tersebut perlu sekali peningkatan kualitas pembelajaran agar siswa kelas V sekolah dasar lebih menguasai pembelajaran goemetri  sebagai dasar untuk pembelajaran di kelas dan jenjang yang lebih tinggi, serta bekal dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan guru kelas V untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, peneliti menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran, meningkatkan aktivitas guru, serta hasil belajar siswa, maka peneliti menggunakan salah satu pendekatan pembelajaran inovatif yaitu pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI).       
Pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) adalah salah satu pendekatan belajar matematika yang dikembangkan untuk mendekatkan matematika kepada siswa. Masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika untuk menunjukkan bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Benda-benda nyata yang akrab dengan kehidupan keseharian siswa dijadikan alat peraga dalam pembelajaran matematika (Hadi dalam Hartono, 2007 : 7-1). Dengan menggunakan pendekatan PMRI, siswa akan terlibat langsung dalam menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika, serta hasil belajar siswa dimana siswa lebih aktif, kreatif, dan terampil terutama dalam bidang geometri. Pemahaman dan hasil belajar yang diperoleh siswa akan menjadi konsep dasar untuk proses pembelajaran selanjutnya pada jenjang yang lebih tinggi.
Dari ulasan latar belakang tersebut maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul  Penerapan  Pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia)  untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas V SDN Bringin 02 Ngaliyan. 

Untuk melihat file selengkapnya, silakan download pada link berikut ini. Semoga bermanfaat untuk menjadi inspirasi melalukan penelitian tindakan kelas di sekolah dasar.

Download Link:
Data dan Cara Pengumpulan Data
Indikator Keberhasilan
Kajian Pustaka
Pendahuluan
Kajian Empiris
Kerangka Berpikir dan Hipotesis Tindakan
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Metodelogi Penelitian
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar