Laman

Rabu, 18 Januari 2012

Proposal PTK IPA - Pendekatan Kontekstual


PROPOSAL PTK


A.    JUDUL
” Peningkatan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD N 03 Menganti Kedung Melalui Pendekatan Kontekstual”.

B.     BIDANG KAJIAN
Strategi pembelajaran

C.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
dapat dilaksanakan di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah secara baik, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah. Dalam pengembangannya, BNSP telah membuat panduan penyusunan KTSP. Panduan ini nanti akan dijadikan acuan bagi satuan pendidikan. Pengembangan KTSP diantaranya berdasarkan prinsip-prinsip (Muslich, 2007:18) :   1. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, 2. beragam dan terpadu, 3. tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, 4. relevan dengan kebutuhan kehidupan. Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam pengembangan KTSP sesuai dengan tujuan mata pelajaran IPA sendiri.


Pakar-pakar pendidikan IPA dari UNESCO (1983)  dalam (Kaligis Jenny R.E dan Darmojdo Hendro, 1992:6) mengatakan bahwa pendidikan IPA yang baik harus dapat mencakup beberapa hal di antaranya : IPA harus dapat menolong anak didik untuk dapat berpikir logis terhadap kejadian sehari-hari dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Kemampuan berpikir semacam itu akan selalu berguna sepanjang hidupnya apa pun pekerjaan mereka nanti.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, tugas utama seorang guru adalah mengajar, mendidik dan melatih peserta didik untuk mencapai taraf kecerdasan, ketinggian budi pekerti, dan ketrampilan yang optimal. Agar dapat mampu melaksanakan tugasnya dengan baik guru harus menguasai berbagai kemampuan dan keahlian. Guru dituntut menguasai materi pelajaran dan mampu menyajikannya dengan baik serta mampu menilai kinerjanya.
Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang mengantarkan siswa untuk dapat berfikir ilmiah. Di dalam pembelajaran IPA siswa dituntut untuk dapat menguasai semua materi yang diajarkan oleh guru. Karena dalam pembelajaran IPA mencakup materi yang cukup luas, maka seorang guru dituntut untuk kreatif dalam melakukan pembelajaran, serta harus cerdas dalam memilih metode dan media dalam pembelajaran. Akan tetapi jika pembelajaran tidak berjalan dengan baik, tentunya akan membawa dampak yang kurang baik pula. Di antaranya disebabkan karena pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran belum maksimal, keaktifan siswa dalam pembelajaran masih kurang serta kesadaran siswa untuk belajar masih sangat kurang. Sehingga hal ini mengakibatkan siswa tidak memahami materi dan prestasi belajar yang baik tidak akan tercapai.
Berdasarkan temuan Depdiknas (2007), dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPA, Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan  pada metode yang mengaktifkan guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga siswa kurang kreatif dalam pembelajaran. Siswa hanya diam saja dan mudah jenuh dalam pembelajaran. Selain itu kurang nya motivasi yang diberikan guru kepada siswa, juga menjadi faktor kurang meningkatnya prestasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA.
Dalam pelaksanaannya, sering juga terjadi permasalahan dalam pembelajaran, karena siswa kurang mengerti dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Kendala tersebut juga dihadapi oleh guru SD N 03 Menganti Kedung dalam memberikan materi pelajaran IPA. Kendala yang dihadapi antara lain: guru terlalu banyak menggunakan ceramah, siswa kurang aktif dalam pelajaran sehingga siswa lebih cenderung diam dan tidak memperhatikan pada saat KBM berlangsung, dan minimnya kreatifitas guru dalam menggunakan media pembelajaran sehingga para siswa merasa jenuh dan merasa bosan di kelas.
Hal ini didukung dengan hasil observasi di SD N 03 Menganti Kedung pada ulangan harian mata pelajaran IPA sebanyak 57,14% yaitu 12 dari 21 siswa masih mendapat nilai dibawah KKM. Padahal KKM untuk kelas IV SD N 03 Menganti Kedung adalah 63. Pada nilai rata-rata dari UH I, UH II, dan UH III IPA siswa kelas IV SD N 03 Menganti Kedung diperoleh nilai terendah adalah : 51, dan nilai tertinggi : 80. Padahal diharapkan setiap siswa bisa mendapatkan nilai di atas KKM. Hal ini sangat memprihatinkan karena siswa kelas IV SD N 03 Menganti Kedung kurang antusias dalam mengikuti pembelajran IPS dan tingkat kreatifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS masih rendah. Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran IPA agar dapat memperbaiki dan meningkatkan prestasi belajar IPA yang maksimal dan mencapai rata-rata di atas KKM.
Berdasarkan kolaborasi dengan guru kelas IV SD N 03 Menganti Kedung, untuk memecahkan masalah pembelajaran, tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan yang dimaksudkan agar dapat memperbaiki dan meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N 03 Menganti Kedung dengan cara mendorong keaktifan siswa dan ketrampilan guru. Untuk itu, tim kolaborasi menggunakan salah satu metode pembelajaran inovatif yaitu pendekatan kontekstual. Guru dalam pendekatan kontekstual dituntut dapat mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dengan pendekatan kontekstual, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena dapat dilakukan secara alamiah, sehingga siswa dapat mempraktekkan secara langsung konsep yang dipelajari. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa memahami hakekat, makna dan manfaat belajar sehingga memungkinkan siswa rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut terwujud ketika siswa menyadari tentang apa yang mereka perlukan dalam hidup dan bagaimana cara memperolehnya(trianto, 2007:32)
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan prestasi belajar belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode yang mengaitkan materi dengan dunia nyata, sehingga siswa dapat lebih terampil, aktif, serta kreatif dalam menerima pelajaran.
Dari uraian latar belakang masalah tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Peningkatan Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD N 03 Menganti  Kedung Melalui Pendekatan Kontekstual”.

 Download file proposal selengkapnya:
Kisi-Kisi Instrumen
Pendahuluan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Data dan Cara Pengumpulan Data
Metodelogi Penelitian
Kajian Teori

1 komentar:

  1. Titanium Dioxide (Thinium Carbon) - TiG-Titanium-Arsenic
    Titanium Dioxide (Thinium iron titanium token Carbon) is titanium dioxide a sulfide-based titanium blue isotopic dye used to make graphite titanium symbol in diamonds, but with less than 2,000 nm of heat. titanium jewelry for piercings

    BalasHapus