Laman

Senin, 06 Desember 2010

Home Schooling

METODE PEMBELAJARAN HOMESCHOOLING


BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang berlangsung terus menerus sepanjang hayat. Proses tersebut terjadi alami baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pengalaman hidup sehari-hari. Bagi manusia, semua itu dilakukan untuk menyiapkan diri agar menjadi utuh, sehingga dapat menunaikan tugas hidupnya dengan baik dan wajar. Utuh dalam pengertian bahwa melalui pendidikan, manusia dapat menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya untuk dapat terus bertahan hidup. Dengan demikian pendidikan bertujuan menggali dan mempertajam potensi keunikan pribadi agar dapat berguna bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya. Untuk memenuhi hak tersebut orang tua merupakan orang utama dan pertama yang berkewajiban dalam memberikan pendidikan.
Beberapa anak mampu berkembang optimal di sekolah, namun sebagian lagi mengalami kegagalan. Penyebab kegagalan anak masuk sekolah menurut John Holt dalam How Children Fail adalah karena ketakutan, kebosanan dan kebingungan. Rasa takut sebagai penyebab pertama mengandung arti anak takut dengan harapan-harapan orang tua yang sangat tinggi sehingga berada dalam tekanan. Akhirnya pendidikan dilakukan semata-mata untuk memenuhi harapan orang tua saja bukan untuk memenuhi kebutuhan anak untuk hidup. Penyebab kegagalan kedua adalah kebosanan karena kurikulum yang digunakan tidak relevan, tidak penting dan tidak menarik untuk anak. Penyebab ketiga adalah karena kebingungan. Hal ini terjadi karena apa yang diterima dan dipahami anak di sekolah tidak relevan dan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga anak tidak mampu menerapkan apa yang didapat dan diperoleh dari sekolah untuk hidup.
Kegagalan sekolah dalam membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan potensi dan bakat, mendorong orang tua untuk kembali ikut serta dalam pendidikan, mengingat bahwa mendidik anak sebenarnya adalah tanggung jawab orang tua. Kerjasama antar kedua pihak yaitu sekolah dan orang tua dapat diciptakan untuk saling menutupi keterbatasan dalam berbagai hal tersebut.
Namun beberapa keluarga memutuskan untuk lebih fokus pada pendidikan dengan cara mengambil sepenuhnya tanggung jawab mendidik anak sampai anak masuk ke perguruan tinggi. Adapun alasan orang tua ketika memutuskan menyekolahkan anak di rumah tidak hanya karena keterbatasan akademik dalam pendidikan formal saja namun juga pada keinginan memfokuskan anak pada satu bidang moral yang selama ini tidak diperoleh di sekolah (pembiasaan nilai agama yang spesifik). Kemudian dengan alasan lain misalnya, masalah lingkungan sosial di sekolah yang tidak selamanya positif, anak memerlukan perhatian khusus (anak cacat/abnormal), tidak punya biaya untuk sekolah, jarak sekolah dan rumah yang terlalu jauh dan lain sebagainya. Alasan-alasan ini kemudian mencetuskan adanya homeschooling.


B. RUMUSAN MASALAH

Bardasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa itu homeschooling?
2. Apa persamaan dan perbedaan antara homeschooling dengan sekolah umum?
3. Bagaimana klasifikasi, pendekatan, kurikulum, dan pelaksanaan dari metode pembelajaran homeschooling?
4. Apa kelemahan dan kelebihan dari sistem pendidikan homeschooling?

BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN HOMESCHOOLING

Homeschooling sebenarnya bukan hal baru bagi dunia pendidikan, hanya saja penyebutan “homeschooling” baru digunakan sekitar 3 tahun ini dan baru saja menjadi trend. Sejak jaman Ki Hajar Dewantara, konsep pendidikan homeschooling telah digunakan oleh banyak keluarga.
Homeschooling atau sekolah rumah atau pendidikan mandiri adalah sebuah proses pembelajaran yang dilakukan oleh sebuah keluarga dan berdasarkan pada nilai-nilai dalam keluarga tersebut yang lalu disesuaikan dengan pemilihan kurikulum dan metode oleh keluarga yang bersangkutan. Semua aspek yang ada dalam proses pembelajaran ditentukan oleh keluarga dan anak peserta didik tanpa campur tangan pihak luar.
Homeschooling semakin diakui keberadaannya ketika pemerintah memberikan kebijakan bahwa pendidikan yang dilakukan dalam keluarga dan lingkungan masuk dalam pendidikan jalur informal. Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Dirjen PLS, Depdiknas, kemudian merumuskan pengertian homeschooling. Homeschooling adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua/keluarga di rumah atau di tempat-tempat lain dimana proses belajar mengajar dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal (Direktorat Pendidikan Kesetaraan; 2006; hal 12).
Dari pengertian tersebut jika dijalankan dengan benar pada hakekatnya pendidikan telah terlaksana dengan baik. Tak lepas dari itu orang tua berperan sebagai kunci utama keberhasilan homeschooling dan hasil bentukan proses pendidikan tersebut diharapkan dapat mengembangkan potensi unik agar berguna untuk lingkungan dan diri sendiri. Contoh tokoh yang melakukan homeschooling adalah Thomas Alfa Edison dan Benyamin Franklin.
Homeschooling masuk dalam jalur pendidikan informal. Keberadaan homeschooling telah diatur dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27 ayat (1), yang berisi sebagai berikut : Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Homeschooling menjadi bagiannya karena pendidikan dilakukan di rumah atau dalam keluarga. Kemudian pasal 27 ayat (2) mengatur tentang penilaian pendidikan informal yang mengatakan bahwa hasil pendidikan informal dihargai setara dengan hasil pendidikan formal dan nonformal setelah melalui proses penyetaraan.
Penyetaraan tersebut mengacu pada standar pendidikan nasional dan dilakukan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah. Proses penyetaraan pendidikan informal sering disebut dengan ujian nasional kesetaraan. Ujian nasional pendidikan kesetaraan ini dilakukan per paket, yaitu Paket A untuk peserta dengan tingkatan pendidikan setara Sekolah Dasar, ujian Paket B untuk peserta didik dengan tingkatan pendidikan setara SMP, dan Paket C untuk peserta didik dengan tingkatan pendidikan setara SMU.Dengan demikian keluarga yang memilih homeschooling tetap mendapat pengakuan dari masyarakat ataupun pemerintah dalam melakukan pendidikan di masing-masing kelompok, selain itu pemerintah juga dapat memantau mutu pendidikan yang dilakukan secara informal.


B. KLASIFIKASI HOMESCHOOLING

Salah satu langkah yang harus dilakukan orang tua ketika memutuskan untuk melakukan homeschooling adalah dengan memilih terlebih dahulu klasifikasi atau format homeschooling yang diinginkan. Di Indonesia homeschooling terbagi dalam beberapa klasifikasi atau format kegiatan. Klasifikasi tersebut antara lain; homeschooling tunggal, homeschooling majemuk, dan komunitas homeschooling. Setiap klasifikasi memiliki tantangan dan konsekuensi yang harus diperhatikan oleh para orang tua.
Klasifikasi homeschooling yang pertama adalah homeschooling tunggal. Homeschooling tunggal merupakan homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua, tanpa bergabung dengan keluarga lain. Adapun alasan memilih jenis ini adalah ada tujuan atau alasan tertentu dari orang tua dan alasan tempat tinggal sehingga tidak dapat dikompromikan dan tidak memungkinkan untuk berhubungan dengan komunitas homeschooling lainnya, misalnya jarak tempat tinggal, anak memiliki kebutuhan khusus dan lain sebagainya. Beberapa tantangan dari homeschooling tunggal adalah orang tua/wali tidak mendapat dukungan dari keluarga lain jika mengalami hambatan atau jika ingin bertanya, ingin berbagi serta membandingkan keberhasilan proses belajar anak. Orang tua juga harus menyelenggarakan penilaian sendiri terhadap hasil pendidikan anak sesuai dengan standar pendidikan formal atau standar yang ditetapkan oleh komunitas homeschooling.
Klasifikasi yang kedua adalah homeschooling majemuk. Homeschooling tipe kedua ini merupakan layanan pendidikan yang dilakukan oleh para orang tua/wali terhadap anak-anak dari suatu lingkungan yang tidak selalu berhubungan dalam keluarga, yang diselenggarakan di beberapa rumah atau di tempat/fasilitas pendidikan yang ditentukan oleh suatu komunitas pendidikan yang dibentuk atau dikelola secara teratur dan terstruktur. Homeschooling ini dilakukan bersama dengan dua atau lebih keluarga yang memiliki kebutuhan yang sama akan pendidikan. Adapun alasan memilih jenis ini adalah ada kesamaan kebutuhan dari beberapa keluarga yang dapat dikompromikan sehingga dapat melakukan kegiatan bersama. Beberapa tantangan homeschooling majemuk adalah dari segi kekompakan, perlu adanya kompromi dan fleksibilitas setiap keluarga dalam menyesuaikan jadwal, suasana dan fasilitas tertentu. Untuk kelompok yang besar maka harus ada pengawasan bimbingan, atau pelatihan dari seorang ahli tertentu. Meskipun demikian orang tua tetap harus ada dan bertanggung jawab atas proses pendidikan anaknya.
Jika beberapa homeschooling majemuk bergabung menjadi satu maka membentuk komunitas. Komunitas homeschooling merupakan klasifikasi atau format ketiga dari homeschooling. Komunitas ini menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, saran dan prasarana, dan jadwal pelajaran sendiri sehingga dapat dilakukan bersama-sama dengan homeschooling lainnya. Penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan porsi 50:50 antara orang tua dan komunitas. Adapun alasan memilih komunitas homeschooling ini adalah adanya kebutuhan yang sama, sosialisasi anak semakin luas, orang tua mendapat dukungan dari keluarga lain, dan dapat memenuhi kebutuhan belajar anak dalam tingkatan yang lebih. Adapun tantangan yang dihadapi sama halnya dengan homeschooling majemuk, namun untuk tindakan prefentif anak perlu dipersiapkan untuk menghadapi setiap perbedaan antar teman dalam satu komunitas.


C. PENDEKATAN HOMESCHOOLING

Pendekatan homeschooling adalah pendekatan yang dapat dipilih oleh orang tua dalam melaksanakan proses pendidikan di rumah. Pendekatan tersebut antara lain school at-home, unit studies, Charlotte Mason atau The Living Book Approach; Classical, Waldorf, Montessori, dan Eclectic; dan unschooling atau Natural Learning.
Pendekatan school at home merupakan pendekatan pendidikan yang dilakukan seperti pendidikan di sekolah, namun pendidikan tersebut dilakukan di rumah. Pendekatan ini sering disebut dengan textbook approach, traditional approach, atau school. Pendekatan unit studi adalah pendekatan pendidikan yang berdasar pada tema. Pembelajaran tidak dilakukan dengan mempelajari mata pelajaran terpisah-pisah namun satu tema dikaitkan dengan seluruh mata pelajaran.
Pendekatan The living books adalah pendekatan pendidikan yang mengambil pengalaman dari dunia nyata. Pendekatan ini mengajak anak untuk masuk dalam dunia nyata dan mengajarkan kebiasaan baik, dan keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung pada anak. Pendekatan classical adalah pendekatan yang menggunakan kurikulum yang mendasarkan anak pada tiga tahap perkembangan. Penekanan pendekatan ini adalah pada kemampuan ekspresi verbal dan tertulis, pendekatannya berbasis teks/literatur (bukan gambar/image).
Pendekatan waldorf menerapkan setting sekolah seperti di rumah, sehingga mudah diadaptasi untuk homeschooling. Pendekatan Montesori adalah pendekatan yang mendorong menyiapkan anak pada lingkungan yang mendukung anak pada dunia nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak-anak dan lingkungan sehingga anak mampu mengembangkan potensinya. Pendekatan Elektrik adalah pendekatan pendidikan yang memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendisain program homeschooling yang sesuai dengan memilih dan mengembangkan sistem yang ada. Dan pendekatan Unschooling adalah pendekatan pendidikan yang menekankan pada minat anak akan keinginan natural anak dalam dunia nyata.
Pendekatan-pendekatan ini dapat dipilih oleh orang tua sesuai dengan keinginan pendidikan yang diharapkan. Orang tua juga dapat mengkombinasikan beberapa pendekatan agar bentuk kegiatan belajar dapat lebih flesibel dan menyenangkan.


D. KURIKULUM DAN PELAKSANAAN HOMESCHOOLING

Kurikulum Homeschooling
Homeschooling dapat menggunakan berbagai kuikulum. Kurikulum nasional yang digunakan berupa kurikulum pendidikan formal atau kurikulum pendidikan kesetaraan. Kemudian dimodifikasi dengan beberapa bidang kurikulum yang menjadi minat, potensi, dan kebutuhan yang ingin dikembangkan, misalnya anak ingin mengembangkan minatnya dalam bermain musik maka dalam kurikulum dapat ditambahkan kegiatan bermain musik menjadi bagian dalam fokus pendidikan atau homeschooling untuk keluarga atlit dapat menambahkan kurikulum kegiatan berolah raga lebih banyak disela-sela pelaksanaan bidang pendidikan yang lain.
Kurikulum lain yang dapat digunakan adalah kurikulum yang berasal dari luar negeri. Kurikulum ini biasanya sudah disiapkan langsung dengan paket lembar kerja, buku bacaan, lembar evaluasi, dan materi dalam satu tahun. Orang tua dapat membeli paket kurikulum ini dengan harga tertentu. Di Indonesia paket kurikulum seperti ini sudah dirancang/disusun oleh komunitas sekolahrumah milik kak seto ”Asah Pena”. Modul, lembar kerja, lembar evaluasi dan materi telah disediakan, jadwal pertemuan antar orang tua dan pihak komunitas juga telah dirancang selama beberapa periode. Adapun tujuannya adalah agar mutu pendidikan setiap homeschooling yang tergabung dalam komunitas tersebut dapat terpantau dan tetap terjaga kualitasnya.

Pelaksanaan Homeschooling
Kegiatan yang harus dilakukan orang tua sebelum melaksanakan homeschooling adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang kelebihan dan kelemahan format homeschooling yang diinginkan. Kemudian orang tua mencocokkan setiap format dengan karakteristik anak dan tujuan pendidikan yang ingin diberikan pada anak.
Berkaitan dengan pemilihan format selain melihat pada karakteristik anak, orang tua juga sebaiknya mengukur kemampuannya dalam mengajar, dan bagaimana memberi perhatian pada anak dalam belajar. Hal ini terkait erat dengan pemilihan kurikulum dan kemampuan financial orang tua dalam menyediakan sarana dan prasarana belajar, menjadi tutor bagi mata pelajaran tertentu, kegiatan olah raga ataupun kegiatan rekreasi. Setelah melakukan pertimbangan tersebut maka orang tua dapat memilih format homeschooling yang akan dipilih, apakah homeschooling tunggal, majemuk atau bergabung dalam komunitas.
Kegiatan yang dilakukan setelah menetapkan format homeschooling adalah memilih waktu belajar dan kegiatan anak, hal ini dilakukan agar kurikulum/program yang telah dibuat dapat dilakukan dengan baik. Keberhasilan pelaksanaan homeschooling adalah pada komitmen, kedisplinan dan kerja keras orang tua dalam memberi motivasi dan menjadi pendidik untuk anak.
Adapun syarat pelaksanaan homeschooling setiap format baik homeschooling tunggal, majemuk, dan komunitas adalah sama yaitu setiap homeschooler harus mendaftarkan diri ke Dinas Pendidikan melalui Kasubdin yang membidangi pendidikan luar sekolah. Tujuan pendaftaran ini adalah agar pemerintah tetap dapat memantau kualitas mutu pendidikan, dan para homeschooler juga mendapat perlindungan hukum atas haknya ketika memutuskan untuk masuk dalam pendidikan informal.
Lampiran-lampiran yang harus disertakan pada saat pendaftarannya adalah sebagai berikut; 1) ada surat pernyataan dari kedua orang tua yang menyatakan bahwa orang tua bertanggung jawab melaksanakan pendidikan anak-anak di rumah secara sadar dan berkesinambungan untuk keluarga yang memilih homeschooling tunggal, bagi yang memilih homeschooling majemuk dan komunitas homeschooling maka harus melampirkan surat pernyataan sama dengan di atas paling sedikit lima keluarga; 2) melampirkan surat pernyataan dari peserta didik di atas 13 tahun bahwa bersedia untuk memperoleh pendidikan melalui sekolahrumah; 3) melampirkan rapor, ijazah, atau surat berpenghargaan sama dari sekolah yang pernah diikuti peserta didik sebelumnya; 4) melampirkan surat pengunduran diri dari sekolah terdahulu jika peserta didik pernah mengikuti sekolah formal; 5) melampirkan program homeschooling yang sekurang-kurangnya mencantumkan format yang akan dipilih, seperti jadwal, alokasi, kegiatan, program dan kurikulum yang digunakan; 6) bagi komunitas homeschooling maka perlu melampirkan surat ijin dari badan hukum yang menaungi kepentingan dan keberadaan homeschooling antara lain; PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar), PT atau Yayasan.


E. PERBANDINGAN HOMESCHOOLING DENGAN SEKOLAH UMUM

Model pendidikan yang paling terkenal dan diakui masyarakat adalah sistem sekolah atau pendidikan formal baik yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta. Sekolah umum seringkali dipandang sebagian orang lebih valid dan disukai. Namun bagi sebagian orang, sistem sekolah umum merupakan sekolah yang tidak memuaskan bagi perkembangan diri anak. Sekolah umum menjadi kambing hitam atas output yang dikeluarkannya. Hal ini terlihat dari output pendidikan formal banyak menjadi koruptor, pelaku mafia peradilan, politisi pembohong, dan penipu kelas kakap.
Alasan kekecewaan itulah memicu keluarga-keluarga memilih sekolah rumah alias homeschooling sebagai pendidikan alternatif.
Pada hakekatnya, baik homeschooling maupun sekolah umum, sama-sama sebagai sebuah sarana untuk menghantarkan anak-anak mencapai tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. Namun di samping memiliki persamaan, homeschooling dan sekolah umum juga memiliki perbedaan.
 PERSAMAAN
1. Sekolah dan homeschooling merupakan model pendidikan anak.
2. Sekolah dan homeschooling bertujuan untuk mencari kebaikan bagi anak-anak.
3. Sama-sama dapat mengantarkan anak-anak pada tujuan pendidikan.
 PERBEDAAN
1. Pada sistem sekolah, tanggung jawab pendidikan anak didelegasikan orang tua kepada guru dan pengelola sekolah. Pada homeschooling, tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya berada di tangan orang tua.
2. Sistem di sekolah terstandardisasi untuk memenuhi kebutuhan anak secara umum, sementara sistem pada homeschooling disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga.
3. Pada sekolah, jadwal belajar telah ditentukan dan seragam untuk seluruh siswa. Pada homeschooling jadwal belajar fleksibel, tergantung pada kesepakatan antara anak dan orang tua.
4. Pengelolaan di sekolah terpusat, seperti pengaturan dan penentuan kurikulum dan materi ajar. Pengelolaan pada homeschooling terdesentralisasi pada keinginan keluarga homeschooling. Kurikulum dan materi ajar dipilih dan ditentukan oleh orang tua.
5. Di sekolah, peran orang tua relatif minimal karena pendidikan dijalankan oleh sistem dan guru; pada homeschooling peran orang tua sangat vital dan menentukan keberhasilan pendidikan anak.
6. Pada model belajar di sekolah, sistem sudah mapan dan orang tua tinggal memilih/mengikuti; homeschooling membutuhkan komitmen dan kreativitas orang tua untuk mendesain dan melaksanakan homeschooling sesuai kebutuhan anak.

Ketika membandingkan antara sekolah dan homeschooling dalam hal sosialisasi, kita akan melihat dua model sosialisasi yang berbeda.
 Sosialisasi pada anak sekolah lebih menekankan pada pergaulan teman sebaya (horizontal socialization).
Anak-anak dikelompokkan berdasarkan umurnya dan mereka bergaul di dalam tingkat umur tertentu. Interaksi dengan orang dewasa relatif minim, kecuali dengan guru. Pergesekan dengan realitas sosial dunia nyata juga jarang karena proses belajar sebagian besar di sekolah dan ruang-ruang laboratorium.
 Sementara itu, sosialisasi pada anak-anak homeschooling lebih banyak pada pergaulan lintas-umur (vertical socialization).
Di rumah, anak-anak homeschooling bergaul dengan orangtua, kakak, adik, dan orang-orang rumah yang beragam umur. Demikian juga saat dia belajar melalui proyek-proyek lapangan, anak-anak homeschooling langsung terpapar dengan realitas masyarakat di sekitarnya yang terdiri dari beragam umur.
Sesungguhnya, realitas kehidupan yang kita jalani adalah pergaulan dengan beragam usia. Di rumah, di lingkungan, di kantor, di organisasi; kita tidak pernah dikelompokkan berdasarkan umur. Kita bergaul dengan orang-orang yang lebih muda dan juga lebih tua pada saat bersamaan. Ketrampilan sosial yang diperlukan dalam dunia nyata justru bagaimana cara berinteraksi dengan orang-orang yang beragam umur tersebut.
Berbeda dengan sekolah yang mengelompokkan anak berdasarkan usia, anak-anak homeschooling relatif terekspos dengan pergaulan berdasarkan minat. Jika mereka belajar bahasa Inggris atau fotografi, mereka melakukannya dengan orang-orang yang berbeda umur tapi memiliki minat yang sama. Nilai-nilai yang dianut pun kemudian menjadi berbeda. Sadar atau tidak sadar, anak-anak homeschooling akan menyerap nilai-nilai bahwa penghargaan itu didasarkan pada kompetensi, bukan pada senioritas umur. Siapa yang jago pada sebuah bidang, maka dia yang berhak menjadi guru dan sumber ilmu.
Dalam homeschool, tantangan yang besar dalam sosialisasi adalah mengembangkan ketrampilan berorganisasi dan teamwork. Jika orangtua menganggap ketrampilan semacam itu perlu, maka orangtua harus dengan sadar merencanakan program pengembangan organisasi dan teamwork buat anak-anaknya.


F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN HOMESCHOOLING

Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh sistem pendidikan homeschooling adalah sebagai berikut.
1. Adaptable, artinya sesuai dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga.
2. Mandiri artinya lebih memberikan peluang kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan di sekolah umum.
3. Potensi yang maksimal, dapat memaksimalkan potensi anak, tanpa harus mengikuti standar waktu yang ditetapkan sekolah.
4. Siap terjun pada dunia nyata. Output sekolah rumah lebih siap terjun pada dunia nyata karena proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya.
5. Terlindung dari pergaulan menyimpang. Ada kesesuaian pertumbuhan anak dengan dengan keluarga. Relatif terlindung dari hamparan nilai dan pergaulan yang menyimpang (tawuran, narkoba, konsumerisme, pornografi, mencontek dan sebagainya).
6. Ekonomis, biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga.

Di sisi lain, homeschooling mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat disebutkan sebagai berikut.
1. Membutuhkan komitmen dan tanggung jawab tinggi dari orang tua.
2. Memiliki kompleksitas yang lebih tinggi karena orangtua harus bertanggung jawab atas keseluruhan proses pendidikan anak.
3. Keterampilan dan dinamika bersosialisasi dengan teman sebaya relatif rendah.
4. Ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi dan kepemimpinan.
5. Proteksi berlebihan dari orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi dan masalah sosial yang kompleks yang tidak terprediksi.



BAB III
PENUTUP


Homeschooling menjadi kebutuhan setelah menyadari keterbatasan pendidikan formal dan hadir untuk memenuhi hak setiap orang untuk mendapat pendidikan. Hak untuk dapat berkembang dengan potensi dan keunikannya masing-masing tidak terbatas pada kondisi apapun. Kunci utama keberhasilan pendidikan anak informal adalah terletak pada komitmen dan kedisiplinan orang tua karena pendidikan anak kemudian sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua. Oleh karena itu perlu beberapa pertimbangan dan alasan yang kuat untuk memilih mendidik anak di rumah.
Pengetahuan orang tua tentang homeschooling dan prosedur pelaksanaannya baik dari segi hukum dan teknis harus diketahui dan dipahami secara mendalam agar orang tua lebih siap melakukan pendidikan mandiri di rumah. Kelemahan dan kelebihan dari homeschooling sepatutnya juga harus dipahami sebagai konsekuensi yang harus ditanggung baik oleh peserta didik maupun oleh orang tua yang bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar