Laman

Kamis, 09 Desember 2010

ADAB MAKAN

ADAB MAKAN DALAM ISLAM

Manusia tidak mungkin hidup tanpa makan. Dengan makan manusia dapat menjaga kesinambungan hidupnya, memelihara kesehatan, dan menjaga kekuatannya. Baik manusia tersebut memiliki niat untuk makan dan menjaga adab-adab Islam ketika makan maupun sama sekali tidak menjaga adab dan tidak berniat untuk makan, maka tetap saja ia pasti akan makan. Hanya saja, selain tujuan makan yang kita sebutkan tadi. Apabila ia mengetahui bahwa makan itu ada etikanya dan melaksanakan etika tersebut, tentulah ia akan mendapat keuntungan berupa pahala akhirat. Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang Muslim memperhatikan adab ini dan melaksanakannya dalam kehidupan. Melaksanakan adab tersebut dapat menghasilkan keberkahan, membentuk watak, mengetahui bagaimana cara merendahkan diri, merealisasikan perasaan syukur kepada Allah Ta'ala, menjauhkan diri dari syaitan, serta dapat membangkitkan rasa kasih sayang di antara sesama manusia.
Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

ADAB SEBELUM MAKAN
1. Niat yang Benar
Seharusnya seorang Muslim menghadirkan niat yang benar pada makanannya. Janganlah ia makan dengan niat hanya untuk melaksanakan kebiasaan sehari-hari yang berfungsi untuk menjaga kesinambungan hidup, atau hanya untuk merasakan kelezatan berbagai jenis makanan.
Akan tetapi, hendaklah ia menyantap makanan dengan niat untuk mendapatkan kekuatan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Ta'ala, menjaga kehidupan dan kesehatannya. Berkat adanya dua hal tersebut, maka amalan shalih dapat dilakukan dengan berkesinambungan. Dengan demikian, makan menjadi sebuah ibadah yang dapat menghasilkan pahala.
Sesungguhnya Rasulullah, pernah bersabda: "Sesungguhnya segala amalan tergantung pada niat ..."

2. Berusaha Mencari Makanan yang Halal
Sesungguhnya Allah Ta'ala telah mengharamkan dan melarang menyantap makanan yang haram. Allah telah menetapkan hal itu sebagai sebab masuknya seseorang ke dalam Neraka.
Allah telah memerintahkan kepada kita agar memakan makanan yang halal dan baik. Allah swt berfirman : "Hai, Rasul-Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya A ku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mu'minuun: 51) Firman Allah swt : "Hai, orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah." (QS. Al-Baqarah: 172)
3. Tidak Makan ketika Perut masih Kenyang
Tidak sepantasnya seseorang makan sementara ia masih merasa kenyang. Sebab, hal ini termasuk perbuatan yang berlebihan dan dapat menggangu pencernaan serta dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, juga bertentangan dengan sunnah Nabi saw. Semoga Allah merahmati orang yang mengatakan:
اُجْعَلْغِذَاءَكَ ُلْ يَوْمٍ مَرَّةً ـ وَاحْذَرْ طَعَامًا قَبْلَ هَضْمِ طَعَامِ
”jadikanlah kebiasaan makanmu satu kali dalam sehari dan jangan makan sebelum makanan di perutmu tercerna”
4. Memenuhi Undangan Makan
Jika saudaramu mengundangmu untuk menghadiri jamuan makan, maka penuhilah undangan tersebut. Sebab, Rasulullah saw telah memerintahkan agar memenuhi undangan makan dan menjadikan hal itu sebagai hak seorang Muslim atas Muslim lainnya. Beliau saw bersabda:
وَإُذَا دَعَاكَ قَأَجُبْهُ
"Dan jika kamu diundang maka penuhilah undangan tersebut."
Namun, semua itu dengan syarat tidak terdapat sesuatu yang diharamkan oleh syari'at pada undangan jamuan tersebut. Jika ada, maka tidak boleh menghadirinya karena di dalamnya terdapat kemunkaran, kecuali jika ia hadir untuk mengubah kemunkaran tersebut.
5. Tidak Makan dengan Menggunakan Bejana Emas dan Perak
Makan dengan menggunakan bejana emas dan perak ini merupakan perbuatan yang diharamkan Allah swt. Sebab, di dalamnya terkandung perbuatan yang berlebihan, pemborosan, serta sikap sombong atas nikmat yang ia dapatkan. Hal ini juga dapat membuat hati fakir miskin semakin menderita ketika melihat pemandangan tersebut. Rasulullah saw bersabda:
الّذِي يَشْرَبُ فِيْ انِِيَةِ الْفِضَّةِ إِنَّمَا يُجَرْجِرُ فِيْ بَطْنِهِ نَارَ جَهَنَّمَ
"Orang yang minum dengan menggunakan bejana yang terbuat dari perak, berarti ia telah menuangkan api Neraka Jahannam ke dalam perutnya."
Beliau saw juga bersabda:
لاَتَشْرَبُوْا فِيْ انِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ , وَلاَ تَأْكُلُوْا فِيْ صِحَافِهَا , وَلاَ تَلْبَسُوْا الْحَرِيْرِ وَلاَ الِّيْبَجِ , فَإِنَّهُ لَهُمْ فِيْ الدّنْيَا , وَهُوَ لَكُمْ فِيْ الاخِرَةِ
"Janganlah kalian minum dengan bejana yang terbuat dari emas dan perak, jangan makan di piring dari emas dan perak, dan jangan memakai kain sutra tipis dan tebal! Sebab, benda tersebut untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk kalian di akhirat nanti”
6. Mengajak Makan Orang yang Hadir
Di antara adab yang mulia ialah jika di sana ada orang lain yang hadir ketika makanan disuguhkan, maka wajib bagi orang-orang yang sedang makan untuk mengajaknya ikut serta makan bersama mereka. Sebab, kemungkinan orang itu juga ingin mencicipi hidangan tersebut atau mungkin ia sempat melihat ketika orang-orang sedang mengambil makanan. Jika tidak, berarti orang-orang yang sedang makan tersebut termasuk orang-orang yang pelit dan kikir.
7. Mengajak Pembantu untuk Ikut Makan atau Memberinya Makanan Tersebut
Mengajak dan memberi makan pembantu merupakan adab islami yang agung. Seorang pembantu yang menyiapkan dan menghidangkan makanan mungkin juga menginginkan makanan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya ia juga diikutsertakan dalam menyantap hidangan tersebut, baik ikut duduk bersama para undangan atau disisihkan sebagian makanan itu untuknya.
Rasulullah saw bersabda:
إِذَا أَتَى أَحَدَكُمْ جَادِمُهُ بِطَعَامِهِ , قَدْ كَفَاهُ عِلاَجُهُ , وَدُخَانُهُ , فَلْيُجْلِسْهُ مَعَهُ , فَإِنْ لَمْ يُجْلِِسْهُ مَعَهُ فَلْيُنَاوِلْهُ أُكْلَةً أَوْ أُكْلَتَيْنِ
"Apabila pembantu salah seorang dari kalian datang menyuguhkan makanan hendaknya ia mengajaknya makan. Jika ia tidak mengajaknya makan bersamanya, maka berilah dia sesuap atau dua snap dari makanan tersebut karena dia telah memasaknya dan menghirup asapnya."
Sikap seperti ini akan membuat dirinya senang juga untuk menunjukkan kerendahan hati kepadanya.
8. Rendah Hati
Hendaknya seseorang bersikap rendah hati baik dari sikap duduk, dari jenis makanan, makan bersama fakir miskin, dan lain-lain.
Rasulullah saw , bersabda:
اَكُلُ كَمَا يَأْكُلُ العَبْدُ , وَأَجْلِسُ كَمَا يَحْلِسُ الْعَبْدُ
"Aku makan seperti seorang hamba makan dan duduk seperti seorang hamba duduk.”
Rendah hati merupakan sikap yang harus dimiliki oleh seorang Muslim dalam setiap keadaan, maka jangan sampai meninggalkannya, sebagaimana yang tercantum dalam sabda Rasulullah saw :
إِنَّ اللّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لاَ يَفَْرَ أَحَدٌعَلَى أَحَدٍ , وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian senantiasa bersikap rendah hati sehingga tidak ada seorang pun yang menyombongkan diri dan berbuat aniaya di hadapan orang lain."
Allah swt juga berfirman:
"... Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong." (QS. An-Nahl: 23)
9. Mengikutsertakan Tetangga untuk Mencicipi Makanan
Mengikutsertakan tetangga dilakukan dengan mengirim makanan kepadanya, terlebih lagi jika tetangganya tersebut orang miskin yang tidak pernah makan jenis makanan yang dikirimkan. Ini termasuk memenuhi hak dan menyenangkan hati tetangga serta menutup pintu masuk syaitan yang senantiasa berusaha menanamkan permusuhan dan kebencian di antara sesama manusia.
Nabi saw bersabda:
إِذَا طَبَخَ أَحَدُكُمْ قِدْرًا فَلْيُكْثِرْ مَرَقَهَا , ثُمَّا لِيُنَاوِلَ جَارَهُ مِنْهَا
"Apabila salah seorang kamu memasak makanan, maka perbanyaklah kuahnya, kemudian berikanlah sebagian kepada tetangga.”
Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda:
يَا نِسَاءَ المُسْلِمَاتِ ! لاَتَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَشَاةٍ
"Wahai, wanita Muslimah! Janganlah kalian meremehkan pemberian tetangga meskipun hanya berupa tulang kaki kambing.”
Ibnul Atsir berkata dalam an-Nihaayah: "Firsin adalah tulang hewan yang sedikit dagingnya, yakni tulang tapal unta dan tapal hewan lainnya. Kemudian, kata ini digunakan untuk mengungkapkan tulang kaki kambing. Adapun untuk kambing memiliki sebutan sendiri, yaitu zhalf…”
Sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama bahwa maksud dari larangan ini adalah untuk memberi dorongan kepada kaum wanita agar tetap bersikap dermawan walaupun dengan memberi sesuatu yang bernilai rendah. Sebab, sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali. Jangan sampai ia menganggap remeh tetangga sehingga ia enggan memberikan hadiah apa pun kepada tetangganya.
Rasulullah saw melarang perbuatan tidak mengikutkan tetangga untuk mendapatkan bagian makanan, jika tetangga tersebut orang fakir.
Rasulullah saw bersabda:
"Tidak disebut Mukmin orang yang kenyang perutnya sementara tetangga sebelah rumahnya kelaparan.”
10. Memasak Makanan untuk Teman-Teman dan Orang Banyak.
Ini termasuk adab yang dianjurkan dalam syari'at Islam. Di dalamnya terkandung realisasi rasa cinta dan kasih sayang di antara sesama.
Rasulullah saw bersabda:
أَفْشُوْا السَّلاَمَ , وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ , وَكُوْنُوْا إْخْوَانًا كَمَا أَمَرَكُمُ اللّهُ َزَّ َجَلَّ
"Sebarkanlah salam, berilah makan, dan jadilah kalian bersaudara sebagaimana yang diperintahkan Allah azza wa jalla “
Beliau juga pernah bersabda:
أَفْضَلُ الأَعْمَالِ أَنْ تُدْخِلَ عَلَى أَخِيْكَ المُؤْمِنِ سُرُوْرًا , أَوْ تَقْضِيَ عَنْهُ دَيْنَا , أَوْ تُطْعِمَهُ خُبْزًا
"Sebaik-baik amalan adalah kamu membuat seorang Mukmin gembira, membayarkan utangnya, atau memberinya sepotong roti."
11. Tidak Berlebih-lebihan
Janganlah seseorang berlebihan dalam menghidangkan berbagai jenis makanan. Seseorang boleh membuat lebih dari satu jenis makanan, hanya saja yang terbaik adalah tidak berlebihan dalam menyajikan berbagai jenis hidangan. Bahkan, terkadang ada yang menyajikan lebih dari sepuluh jenis makanan. Ini yang disebut israf (berlebih-lebihan).
Allah swt berfirman:
"... Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raaf: 31)

ADAB KETIKA MAKAN
1. Berkumpul dan Memperbanyak Orang Ketika Makan
Berkumpul dan memperbanyak orang ketika makan merupakan tindakan yang dapat mendatangkan berkah dan menanamkan cinta dan kasih sayang, serta dapat memperkuat persaudaraan di kalangan ummat Islam. Beberapa Sahabat pernah mengadu kepada Rasulullah, bahwa mereka makan, namun selalu tidak cukup. Maka beliau saw, menjawab:
"Berkumpullah ketika kalian menyantap makanan dan sebutlah nama Allah semoga kalian mendapat berkah.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan al Hakim dari Wahsyi bin Harb)
Makanan seperti ini akan mendapatkan berkah dari Allah dan makanan yang sedikit akan cukup untuk orang banyak sebagai mana sabda Rasulullah saw :
"Makanan satu orang cukup untuk dua orang, makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan empat orang cukup untuk delapan orang.” (HR Muslim dari Jabir)
2. Mencuci Tangan Sebelum Makan
Jika tangan seseorang terkena kotoran atau sejenisnya; hendaknya ia mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum makan. Para Salaf dahulu melakukan hal ini. Jika tangan tidak terkena kotoran, maka tidak wajib mencucinya namun sangat dianjurkan. Sebab, mencuci tangan berguna untuk menjaga kesehatan dan menjauhkan diri dari bahaya. Ini merupakan adab yang sesuai dengan semangat (ruh) dan dakwah Islam.
3. Menunggu Makanan yang Panas hingga Menjadi Dingin
Menunggu makanan yang panas hingga menjadi dingin merupakan berkah yang paling agung, berdasarkan sabda Rasulullah saw :
"Sesungguhnya yang demikian itu dapat mendatangkan berkah yang lebih besar.” (HR Ahmad, ad Darimi, Ibnu Hibban, Abu Nua'aim dan Baihaqi dari Asma')
Yaitu, makanan yang masih mengepulkan asap dan makanan yang masih panas sangat berbahaya untuk kesehatan badan. Demikian juga halnya dengan makanan yang sangat dingin. Oleh karena itu, wajib mengikuti sunnah ini.
4. Tidak Meremehkan Makanan
Jangan meremehkan makanan, baik posisi orang tersebut sebagai tamu di rumah orang lain maupun berada di rumah sendiri. Sebab, meremehkan makanan berarti meremehkan nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Hendaklah seseorang senantiasa mengingat bahwa masih banyak orang-orang yang tidak memiliki makanan. Oleh karena itu, barang siapa yang meremehkan makanan, niscaya nikmat tersebut akan dicabut darinya.
5. Tidak Mencela Makanan
Mencela makanan bertentangan dengan sunnah Rasulullah saw dan termasuk meremehkan nikmat yang telah dianugerahkan Allah. Tentunya juga dapat menyinggung perasan orang yang menyajikan makanan tersebut. Oleh karena itu Rasulullah saw tidak pernah sekali pun mencela makanan. Jika suka beliau makan dan jika tidak beliau tinggalkan.
6. Menyebut Nama Allah Ketika Makan
Menyebut nama Allah ketika makan merupakan pengakuan bahwa makanan tersebut milik Allah dan berasal dari Allah. Selain itu, untuk mengusir syaitan yang ingin ikut mencicipi makanan manusia. Demikian juga dalam masalah lainnya.
Di antara jenis dzikir yang disebutkan adalah sabda Rasulullah saw.
"Apabila salah seorang kalian makan, ucapkanlah: Allahumma baarik lana fihi wa abdilna khairan minhu (Ya, Allah, berkahilah makanan kami dan gantikanlah dengan makanan yang lebih baik).' Apabila ia minum susu, ucapkanlah: Allahumma barik lana fihi wa zidna minhu (Yang Allah berkahilah susu yang kami minum ini dan tambahkanlah untuk kami susu tersebut)' karena tidak ada sesuatu yang dapat menggantikan (fungsi) makanan dan minuman selain susu." (HR Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)
Apabila ia berpuasa, ucapkanlah ketika berbuka:
"Dahaga telah sirna, urat-urat telah basah, dan pahala pun telah ditetapkan, insya Allah."(HR Abu Dawud,Hakim dari Ibnu Umar)
7. Membaca Basmalah Ketika Hendak Makan
Hal ini termasuk adab teragung dan terpenting yang tertera di dalam beberapa hadits, di antaranya sabda Rasulullah saw :
"Wahai, anak! Sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah makanan yang ada di dekatmu.” (HR Abu Dawud,Hakim dari Ibnu Umar)
Beliau, juga memberi nasihat kepada orang yang lupa mengucapkan basmalah ketika mulai makan:
"Jika salah seorang dari kalian makan, ucapkanlah : (Dalam riwayat lain: `Sebutlah nama Allah.') Apabila sebelum makan ia lupa mengatakannya, hendaklah ia mengucapkan: awwalahu wa aakhirahu (dengan nama Allah dari awal hingga akhir).'' (HR Abu Dawud,Tirmidzi, Hakim dari Aisyah)
Jika dihidangkan makanan, beliau mengucapkan : "Bismillah ..."
Rasulullah saw pernah mengingatkan akan bahayanya tidak membaca:"Bismillah," ketika makan atau hal lainnya. Sebab, hal itu membuka peluang untuk syaitan, sebagaimana sabda beliau saw :
"Apabila seseorang masuk ke rumahnya kemudian menyebut nama Allah ketika masuk dan ketika makan, maka syaitan berkata kepada teman-temannya: 'Kahan tidak punya tempat bermalam dan tidak punya santapan malam.' Apabila ia masuk tanpa menyebut nama Allah, maka syaitan berkata: 'Kalian telah mendapatkan tempat bermalam.' Apabila ia makan tanpa menyebut nama Allah, maka syaitan berkata: 'Kahan telah mendapatkan tempat bermalam dan santapan malam.”
Ucapan yang benar adalah "Bismillah", tidak boleh menambahnya dengan kalimat lain walaupun ia menganggap kalimat tambahan itu baik. Karena hal itu bertentangan dengan apa yang pernah dilakukan dan diperintahkan oleh Rasulullah saw. Jikalau ucapan "Bismillahirrahmaanirrahiiim" itu lebih baik, tentunya Rasulullah saw telah melakukannya dan kita diperintahkan untuk mengikuti dan mentauladani beliau.
Allah swt berfirman:
"...dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk."(QS.Al-A'raaf: 158)
Allah swt juga berfirman:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu surf teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah ..." (QS. Al-Ahzaab: 21)
Lebih baik lagi jika ia membacanya agak keras untuk mengingatkan orang yang lupa membacanya. Barang siapa lupa membacanya sebelum makan dan teringat ketika sedang makan, hendaknya ia mengucapkan: "Bisrnillaahi awwalahu wa aakhirahu" sebagaimana yang telah disebutkan.
8. Jangan Terburu-buru Memulai Makan
Seseorang seharusnya tidak mendahului para hadirin dalam mengambil makanan sebab hal itu termasuk salah satu ciri orang yang rakus. Seorang penya'ir berkata:
”jika setiap tangan diulurkan (ke makanan), maka tanganku bukanlah yang terdahulu, sebab orang rakus adalah orang yang paling cepat mengulurkan tangannya (ke makanan).”
Orang-orang menjuluki pelakunya dengan sebutan orang rakus dan tamak, kecuali apabila ia tahu bahwa orang-orang suka jika ia orang yang pertama mengambil makanan. Mungkin karena ia orang yang paling dalam ilmunya, karena ia orang yang paling tua umurnya, karena ia tuan rumah, atau karena ia pemilik suatu tempat. Apabila ia hadir, orang-orang akan enggan mendahuluinya mengambil makanan. Jika seperti ini kondisinya, maka ia boleh mendahului orang-orang mengambil makanan.
9. Terlebih Dahulu Mencicipi Buah-Buahan
Sebagian ulama menyebutkan hal ini dan berdalil dengan firman Allah swt
"Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan." (QS. Al-Waaqi'ah: 20-21)
Sebagian ahli medis menyebutkan bahwa hal itu lebih bermanfaat untuk kesehatan badan dan lebih memudahkan proses pencernaan.
10. Makan dengan Tangan Kanan
Makan dengan tangan kanan hukumnya wajib dan makan dengan tangan kiri hukumnya haram, berdasarkan sabda Rasulullah saw :
"Apabila salah seorang dari kalian makan, hendaknya ia makan dengan tangan kanannya dan bila ia minum, hendaknya minum dengan tangan kanannya sebab syaitan makan dan minum dengan tangan kiri.”
Demikian pula sabda beliau saw :
“... dan makanlah dengan tangan kananmu …”
Rasulullah saw pernah memerintahkan seorang laki-laki agar makan dengan tangan kanan, tetapi ia menjawab: "Saya tidak bisa." Nabi, berseru: "Semoga kamu tidak akan bisa selamanya!" Laki-laki itu enggan melaksanakan perintah beliau karena kesombongannya. Maka ketika itu juga, laki-laki itu kemudian tidak mampu mengangkat tangan ke mulutnya."
Demikianlah hukuman bagi orang yang menentang perintah beliau Bahkan, orang yang kidal sekalipun tetap diwajibkan untuk makan dengan tangan kanan.
11. Makan dengan Tiga Jari
Makanlah dengan tiga jari, yakni menggunakan ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah. Sebab, Nabi saw makan dengan tiga jari dan menjilat tangan sebelum beliau membersihkannya.” Makan dengan tiga jari adalah sikap tengah antara makan dengan satu jari yang merupakan cara makannya orang-orang sombong dan makan dengan lima jari yang merupakan sikap makannya orang yang rakus.
12. Makanlah Makanan yang Terdekat
Memakan makanan yang terdekat merupakan salah satu adab yang mulia ketika makan. Janganlah ia meraih makanan yang ada di dekat orang lain sehingga mengganggu mereka dan dapat menyebabkan mereka menilainya sebagai orang yang rakus. Oleh karena itu, Rasulullah saw bersabda:
"Makanlah makanan yang ada di dekatmu."
Terkecuali apabila makanan yang ia inginkan tidak berada di depannya, seperti jika piring yang berisi salah satu jenis makanan berada di depan orang lain. Dalam kondisi seperti ini, ia boleh mengambilnya.
13. Makan dari Bagian Pinggir Makanan dan Tidak Memulainya dari Bagian Tengah
Adab ini berkaitan dengan adab sebelumnya. Rasulullah saw pernah memerintahkan hal ini dan bersabda:
"Makanlah dari bagian pinggir nampan dan jangan makan dari bagian tengahnya karena keberkahan itu turun di bagian tengah."
Apabila masing-masing orang menyantap makanan yang ada di dekatnya, berarti ia harus mulai dari bagian pinggir nampan.
14. Mengunyah Makanan dengan Baik
Ini merupakan adab yang harus tetap dipelihara. Sebab, menelan makanan yang tidak dikunyah dengan baik dapat menimbulkan efek negatif dan dapat mengganggu kesehatan. Demikian juga halnya jika makanan tidak dikunyah dengan baik, maka makanan tidak akan tercerna dengan baik dan dapat menyebabkannya berlebihan dalam makan.
15. Memperkecil Suapan
Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu orang-orang yang makan bersamanya, disebabkan ia telah menyantap bagian orang lain sehingga membuat mereka jengkel serta menuduhnya sebagai orang yang rakus.
16. Tidak Tergesa-gesa Ketika Makan
Terkadang ada orang yang sedang mengunyah makanan sementara di tangannya sudah ada makanan lain yang siap ia suapkan ke mulutnya, sebelum ia mengunyah dan menelan makanan di mulutnya. Ini adalah ciri-ciri orang yang rakus, serta hal ini mengganggu orang-orang yang makan bersamanya. Oleh karena itu, seorang Muslim seharusnya makan dengan santai dan mengunyah makanannya dengan baik. Janganlah ia mengambil makanan lain hingga selesai mengunyah dan menelan makanan tersebut.
17. Berhati-hati Terhadap Sesuatu yang Berbahaya yang Terdapat dalam Makanan
Contohnya, duri ikan atau pecahan tulang yang terdapat dalam daging dan lain-lain. Sebab, jika benda-benda ini masuk ke dalam perut seseorang, maka dapat mengganggunya. Jadi, jangan sampai seseorang melakukan sesuatu yang dapat membahayakan dirinya sendiri. Aku mengenal seorang laki-laki yang meninggal akibat tertelan olehnya tulang ayam ketika makan, yang mengakibatkan pendarahan bagian dalam.
18. Tidak Duduk Bertelekan
Tidak boleh makan dengan posisi duduk miring yang bertumpu pada satu tangan, bahkan sebagian ulama memasukkan duduk bersila dalam duduk bertelekan. Sebab, bersila adalah salah satu jenis duduk bertelekan. Posisi seperti ini tidak dibolehkan ketika menyantap makanan, berdasarkan sabda Rasulullah saw :
"Sesungguhnya aku tidak makan sambil bersandar. “
Duduk bertelekan seperti ini adalah duduknya orang yang sombong.
19. Tidak Makan dalam Posisi Telungkup
Makan dengan posisi telungkup bertentangan dengan petunjuk Rasulullah saw. Hal ini juga berarti melakukan sesuatu yang dilarang beliau, selain dapat membahayakan kesehatan badan. Nabi saw melarang duduk di hidangan yang disuguhkan khamr di dalamnya dan melarang seseorang makan dengan posisi telungkup.
20. Menjauhkan Hal-Hal yang Dapat Mengganggu Orang-Orang yang Sedang Makan
Hal-hal yang dapat mengganggu orang-orang yang sedang makan di antaranya membuang ingus atau meludah, batuk ke arah makanan, dan bersin ke piring. Perbuatan tersebut dapat mengganggu orang yang sedang makan dan dapat membuat selera mereka hilang.
21. Tidak Memperhatikan Orang-Orang yang Sedang Makan
Tidak memperhatikan orang-orang yang sedang makan merupakan adab yang harus tetap dijaga. Tidak pantas seseorang memperhatikan orang yang sedang makan karena akan membuat mereka gelisah dan tidak dapat menikmati makanan sebagaimana yang mereka kehendaki. Apabila yang melakukan hal ini adalah si pemilik makanan, maka orang-orang yang sedang makan akan mengira bahwa ia adalah orang kikir.
22. Tidak Membuka Bibir Ketika Makan
Adab ini pernah disinggung oleh Ibnu `Ammad al-Aqfahasi dan yang lainnya. Sebab, membuka bibir ketika makan akan memuncratkan sebagian air liur atau akan mengakibatkan air liur berjatuhan ke dalam makanan. Tentunya hal ini akan mengganggu orang lain yang sedang makan. Membuka bibir ketika makan juga akan mengeluarkan suara-suara yang dapat mengganggu teman makan. Oleh karena itu, sebaiknya kedua bibir dirapatkan agar tidak terjadi dua perkara yang tidak diinginkan tersebut ketika makan.
23. Tidak Mengambil Dua Kurma Sekaligus
Termasuk adab yang mulia ialah tidak mengambil melebihi jatah yang disediakan untuk seseorang sehingga tidak membuat orang lain resah. Rasulullah saw melarang perbuatan tersebut dan bersabda:
"Barang siapa makan kurma bersama orang lain, janganlah ia mengambil dua sekaligus, kecuali jika mereka mengizinkannya. "
Ada yang berpendapat bahwa ini khusus untuk kurma. Ada juga yang berpendapat bahwa ini untuk semua jenis buah-buahan, dan inilah pendapat yang benar. Wallaahu a'lam.
24. Memungut Makanan yang Terjatuh di Lantai
Jika makanan yang akan atau yang sedang dimakan seseorang terjatuh di lantai, hendaklah ia membersihkan kotorannya kemudian ia makan, jangan membiarkannya dimakan syaitan.
Rasulullah saw bersabda:
"Jika makanan salah seorang dari kalian jatuh, maka pungut dan bersihkanlah kotoran yang melekat lalu makanlah, jangan biarkan ia dimakan syaitan. Hendaklah pula ia membersihkan makanan yang tertinggal di talam karena ia tidak tahu makanan mana yang ada berkahnya."
Beliau saw juga bersabda:
"Jika salah seorang dari kalian makan lalu makanan tersebut terjatuh, hendaklah ia memungut dan membuang kotorannya kemudian memakannya, jangan sampai ia membiarkannya untuk syaitan."
25. Tidak Mencampur Antara Kulit, Biji, dan Isi (atau makanan dan sisanya) pada Satu Tempat
Seharusnya tidak meletakkan kurma dan bijinya (atau makanan lainnya dan sisa atau sampahnya) pada satu piring, atau meletakkan kulit semangka dan kulit telur di dalam satu piring, juga sisa tulang dengan dagingnya. Sebab, hal itu tidak pantas dan dapat membuat selera orang lain hilang, bahkan terkadang kulit yang tersisa sudah terkena air liur orang yang memakannya. Oleh karena itu, kulit tersebut tidak pantas diletakkan kembali ke piringnya karena akan mempengaruhi makanan, atau bercampur dengan makanan yang lain.
26. Apabila Lalat Terjatuh di dalam Gelas
Apabila ada lalat yang terjatuh dalam gelas maka lalat tersebut harus dicelupkan kembali, diangkat, lalu dibuang. Kemudian, silakan menyantap makanan tersebut. Janganlah merasa jijik dan merasa malu untuk memakannya karena Nabi saw bersabda:
"Apabila lalat jatuh pada minuman salah seorang dari kalian, hendaklah ia mencelupkan lalat tersebut kemudian barulah ia buang. Sebab, di salah satu sayapnya ada penyakit dan disayap yang lain terdapat penawarnya.”
Hal ini telah terbukti kebenarannya dan telah disaksikan langsung oleh para ahli medis. Anda dapat menemukan rinciannya pada pembahasan adab minum insya Allah.
27. Menyuapi Isteri dengan Tangannya
Apabila seorang isteri makan bersama suaminya dan suami menyuapi makanan tersebut ke mulut isterinya, niscaya ia akan mendapatkan pahala dan hal itu akan memperkokoh kecintaan isterinya.
Rasulullah saw pernah berpesan kepada Sa'ad bin Abi Waqqash:
"... Sesungguhnya tidaklah engkau memberikan infaq yang hanya mengharapkan ganjaran dari Allah kecuali engkau akan diberi pahala atas perbuatan tersebut, hingga sesuap makanan yang engkau suapkan ke mulut isterimu…”
Suatu yang tidak dapat dipungkiri bahwa suapan ini dapat menguatkan jalinan kasih sayang antara suami dan isteri.
28. Menyuguhkan Makanan di Hadapan para Hadirin
Sikap ini diutamakan untuk orang yang memiliki makanan. Hal ini dilakukan jika ia melihat sebagian orang yang hadir malu untuk menjangkau makanan tersebut padahal ia ingin mencicipinya, atau orang yang hadir adalah seorang ulama, atau orang terhormat, atau orang yang sudah tua, atau orang tua (bapak dan ibu), dan lain-lain. Maka dari itu hendaknya pemilik hidangan meletakkan makanan tersebut di dekatkan atau di hadapan mereka.
29. Mempersilakan Para Hadirin untuk Mencicipi Hidangan
Jika pemilik makanan melihat sebagian orang yang hadir ada yang belum mencicipi hidangan, maka sebaiknya ia mempersilakan mereka untuk mencicipinya. Sikap ini diutamakan kepada si pemilik hidangan. Nabi Ibrahim as pernah berkata kepada para tamunya ketika ia melihat bahwa tamunya tidak ingin mengambil hidangan yang ia suguhkan.
"... Silahkan kamu makan." (QS. Adz-Dzaariyaat: 27)
Kalimat: "Tidakkah Anda ingin mencicipi hidangan?" atau "Mengapa Anda tidak makan?" adalah kalimat yang lebih lembut dan lebih baik daripada kalimat: "Makanlah!"
Kalimat ini adalah kalimat yang tercantum dalam al-Qur-an yang terasa lebih sopan digunakan dalam mempersilakan seseorang untuk mencicipi hidangan sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim dalam at-Taabukiyyah. Oleh karena itu, sudah sepantasnya adab yang mulia seperti ini tidak diabaikan.
30. Mendahulukan Orang Lain daripada Diri Sendiri
Seseorang dianjurkan untuk mengutamakan orang lain daripada diri sendiri, khususnya jika orang tersebut adalah orang berilmu dan terpandang, atau ia mengetahui bahwa orang tersebut menginginkan suatu makanan, atau makanan yang terhidang sedikit sehingga tidak cukup untuk orang yang hadir.
Allah SWT berfirman:
"... Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu) ..." (QS. Al-Hasyr: 9)
31. Tidak Berlebihan Ketika Makan
Hendaknya seseorang makan hanya untuk melepaskan rasa lapar. Oleh sebab itu, jangan sampai tidak mencernanya dengan baik karena dapat membahayakan kesehatan. Hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. Yakni, dapat menghilangkan kecerdasan serta menimbulkan sifat malas dan lesu.
Rasulullah SAW bersabda:
"Seorang Mukmin makan dengan satu lambung, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh lambung.
Beliau SAW juga bersabda:
"Tidak ada kantung yang lebih buruk diisi oleh Bani Adam selain perutnya sendiri. Cukuplah baginya beberapa suapan untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika terpaksa, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk nafas (udara)."
"Makanlah, minumlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak makhilah (sombong).”
Maksud dari berlebihan adalah melebihi batas sedang dan pertengahan. Makhilah adalah sombong. Ini adalah perkara yang sebaiknya dijauhi oleh seorang Muslim.
32. Menjilati Piring
Hendaknya seseorang membersihkan makanan yang masih tersisa di dalam piring dengan cara menjilatnya atau mengusapnya dengan jari. Sebab, jika sisa makanan tersebut dibiarkan, berarti ia menyediakan makanan untuk syaitan dan kemungkinan juga berkah makanan ada pada sisa makanan tersebut. Dengan membuang sisa makanan berarti ia terhalang mendapat berkah makanan. Oleh karena itu, hendaknya seseorang jangan malu untuk mempraktikkan sunnah ini, bahkan ia harus menghidupkannya kembali agar masyarakat mengetahuinya.
Rasulullah SAW bersabda:
"Jika makanan salah seorang kamu jatuh …,hendaklah ia membersihkan makanan yang tertinggal di talam karena ia tidak tahu makanan mana yang ada berkahnya."
33. Menjilati Jari
Dianjurkan menjilati jari sebelum membersihkan atau mencuci tangan. Fungsinya untuk mencari keberkahan makanan dan menghidupkan sunnah Nabi SAW. Sebab, apabila Nabi SAW selesai makan, beliau menjilat tiga buah jarinya. Beliau juga makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jarinya sebelum mencuci tangannya.
Beliau SAW juga bersabda:
“Apabila salah seorang dari kalian makan, maka janganlah ia membersihkan tangannyha dengan serbet sebelum ia menjilatnya atau dijilati orang lain.”
Dalam riwayat lain, terdapat tambahan :
“… karena ia tidak tahu mkanan mana yang ada berkahnya.”
Oleh karena itu, seorang Muslim seharusnya menjilati jemarinya atau dijilati oleh salah seorang anaknya. Sebagian orang merasa jijik jika menjilat jemarinya, sementara ia tidak pernah merasa malu ketika menjilati sendok atau tulang. Padahal, itu semua ia lakukan dengan menggunakan tangannya yang sudah di cuci sebelum makan dan tidak terlepas dari dirinya. Tentunya benda-benda lebih pantas untuk dianggap jijik daripada tangan.
34. Tidak Membersihkan Tangan dengan Roti
Membersihkan tangan dengan roti berarti menghinakan dan menyia-nyiakan nikmat yang telah dianugerahkan Allah SWT. Maka dari itu tidak pantas mengelap tangan dengan roti atau dengan jenis makanan lainnya setelah makan. Demikian juga ia tidak boleh mengelap tangannya dengan taplak meja karena hal itu termasuk perbuatan yang tidak beradab.
Ref : Mausuu'atul Aadaab al Islamiyyah (Ensiklopedia Adab Islam), Abdul Aziz bin Fathi as Sayyid Nada
http://rumahislam.com/ibadah/sholat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar