Laman

Minggu, 24 Oktober 2010

SALAHKAH IA PUNYA CINTA?

SALAHKAH IA PUNYA CINTA…?


"Kenapa Tari tidak mampir ke ruangan Psiklogi, aku kan kangen sama Tari.".
Begitu isi pesan singkat di handphone Tari. Tlit…tlit... Aku kaget ketika ada bunyi sms masuk dari hanphone Tari. Tak sengaja aku menekan tombol buka. Sms nya langsung kebuka pesan singkat dari seseorang yang bernama Dirga. Aku meminjam hanphone Tari karena aku ingin mencari nomor teman yang disimpan di phone book handphone Tari. Ia memberikan hanphonenya padaku sambil berlari terbirit –birit ke toilet karena ingin buang air kecil .
"Vin… tolong pegangin hanphone aku dong! Aku mau ke toilet dulu " kata Tari grasak - grusuk sambil meringis menahan rasa sakit ingin buang air kecilnya.
"Iya deh… Aku minta no telpon shinta ya…?" sambil meraih hanphone Tari. Tari berlalu dihadapanku sambil berlari-lari kecil. Tak lama berselang. Ada suara bernada tenor yang mengagetkan aku.
"Assalamu'alaikum, maaf…Uhkti Vinka ya…?
"Wa’alaikumsalam, Ya… betul,"
"Anti kenal dengan Tari gak?” Tanya lelaki yang sudah ada di hadapan ku.
"Tari... Kenal Banget.Tari kan sahabat aku. Kenapa ya… ,antum mencari Tari?" Ada hal penting mungkin aku bisa sampaikan ke Tari." Sahutku sekenanya dan penuh tanda tanya dengan sosok itu. Kemudian Aku terdiam sejenak sambil memperhatikan sosok yang ada dihadapanku.
"Kok, Bengong… sih? O…aku lupa, perkenalkan, namaku Dirga, anak Psikologi, semester VII."sambil melihat sekeliling.
"Dirga…? Kayaknya aku belum pernah melihat antum sebelumnya di kampus ini
"Sambil memberanikan diri untuk bertanya.
”Aku memang baru di kampus ini, pindahan dari Universitas Soedirman, Malang. dan baru 7 bulan di kampus ini." Matanya terus mencari –cari seseorang.
"Kalau bertemu Tari, bilang ya… Aku mencarinya, penting! Assalamu'alaikum".
"Walaikum Salam, Insya Allah nanti aku sampaikan." Dirga berlalu dengan cepat sekali sambil membawa tiga tumpukan buku ditangannya. Rambut ikal, berbadan tegap, jenggotan dan celana ngatung, berbicara dengannya harus tengadah , sangat percaya diri. Itulah kesan pertama yang aku tangkap dari seorang yang bernama Dirga. Ciri- cirinya persis seperti seorang ikhwan. Aku kembali teringat dengan isi sms Tari. Siapa Dirga….? Ah… nggak mungkin Tari memiliki pacar. Dia kan Akhwat, mana mungkin akhwat punya pacar. Apalagi gadis seperti Tari. Sahabatku ini sangat pemalu dan hampir selalu menjaga hijabnya dengan cowok . Tapi… Sms itu? Apakah dia pengagum nya Tari. Iya... kalie! Gumamku dalam hati. Kenapa aku terus bersyuuzon sama Tari. Ah…bukannya sudah biasa Tari sering mendapat sms dari pengaggumnya. Pikiranku terus melayang . Tari adalah seorang sahabat yang bermata lembut, kulitnya sebening embun,dan berwajah oval sehingga tidak membosankan mata yang memandangnya. Tari hampir mendekati kesempurnaan, punya wajah oke, prestasi oke dan sangat santun.. Jilbab panjang yang menutupi seluruh tubuhnya tidak membuat Tari kelihatan kuno akan tetapi rapi dan modis. Dalam kebingunnganku, aku buru-buru mencatat no. Telpon Shinta. Di kejauhan sana Tari sudah muncul sambil merapihkan jilbabnya yang tersingkap karena tasnya.
"Vin.., ada nggak… nomor Shinta ? Kamu mau kasih tau apa sih sama Shinta. Ada hal yang penting ya….? " kata Tari penasaran.
"Ia… aku mau kasih tau bahwa kiki tanggal 27 Oktober besok mau walimahan. Undangannya ada sama aku dan kiki titip buat Shinta."
"Aku di undang nggak ?
"Tentu dong… ," sahutku sambil ingin menyampaikan sesuatu.
"Tadi waktu anti ke kamar kecil ada seseorang yang bernama Dirga nanyain anti."
"Masalah apa ya…? Tari kelihatan bingung.
"Aku juga nggak tahu sih.., tapi dia bilang penting dan nggak ngomong apa-apa lagi deh."
"Tapi kenapa Dia tahu ya… ,namaku?" Sambil memasukan secarik kertas yang bertuliskan nomor telpon shinta ke dalam kantong tas ku yang berwarna biru tua.
"Tar… aku boleh tanya nggak tentang sesuatu? Tapi kamu janji jangan marah dulu ya…! Kamu khan banyak pengagumnya. Jadi wajar dong… kalau temanmu ini ingin menanyakan tentang pengagum-pengagummu itu."
"Pengagum yang mana… sih?" Tari mulai gugup dan ada keringatdingin mengalir di dahinya.
"Dirga itu siapa sih…? ops…!maaf…aku agak lancang membuka sms mu karena. sewaktu mau mencari telponnya Shinta. Ada sms masuk , aku kaget kepencet deh. tombol bukaa". Raut wajah tari mulai berubah. Ia menunjukkan ketidaksukaannya terhadap perbuatan aku tadi.
"Dirga hanya teman biasa dan ia ketua Himpunan Psikologi. " sahut Tari seadanya. Ia langsung mengambil hanphonenya dari aku.
"Vin… sini hanphone ku ". Tari berlalu di hadapan ku dengan wajah merah padam dan tatapan sinis.
"Tari … tunggu !maafin aku, tolong .., kamu jangan salah paham dulu. Aku tidak bermaksud ikut campur dalam masalah pribadimu. Apakah salah kalau sahabatmu ingin mengingatkan dirimu." Tari tidak menggubris omonganku. Ia sudah melesat seperti angin. Suasana siang itu tampak hening, hanya daun-daun hijau pepohonan yang menemani aku sendiri ditinggal Tari. Kampuspun mulai sepi, karena aktivitas perkuliahan sudah selesai. Aku pulang sendiri dengan langkah gontai serta membawa rasa bersalah terhadap Tari. Beberapa hari ini Tari tidak kelihatan di kampus. Padahal sebentar lagi akan mid semester. Aku sudah menelpon ke rumahnya untuk menanyakan kabarnya tapi selalu tidak ada di rumah. Ibu Tari sendiri bilang bahwa Tari tidak ada. Lalu kemana kah Ia….? Aku tidak bermaksud untuk melukai perasaanya tapi aku ingin mengarahkan dengan baik perasaan alamiah yang dirasakan oleh setiap manusia. Memang ia tidak salah untuk punya cinta. Tapi jangan sampai sahabatku terkena penyakit hati yang melupakan manusia terhadap Rabnya. Aku mencoba datang ke rumah Tari . Siapa tahu dia sakit . Aku ingin Hari Sabtu ada seminar di kampusku, Di Masjid Baiturahim Universitas Bekasi. Tema Seminar itu adalah " Virus Merah Jambu" yang diadakan oleh smile ukwah . Aku datang lebih awal dari jadwal yang sudah ditentukan panitia. Acara dimulai pada pukul delapan pagi. Tapi panitia masih sibuk mengurus media yang digunakan untuk presentasi seminar. Aku mulai mencari tempat duduk paling depan agar materi yang disampaikan dapat didengar lebih jelas. Di pojok masjid , Aku melihat ada seorang akhwat yang sudah datang duluan. Ia menunduk sambil membaca buku. Aku seperti nya mengenal ia .Ah… bukan Tari. Sahutku dalam hati. Aku jadi ragu menyapanya takut salah orang. Aku sudah seminggu tidak melihat Tari. Aku sudah rindu dengan sahabatku itu.

Seminar sudah dimulai, pembicaranya sudah datang . pembicara tersebut ternyata yang menulis buku " Virus Merah Jambu". Ustad Muhamad Ahzam Sidik. Menurut beliau , akhir-akhir ini banyak para ikhwah yang terlibat dengan virus merah jambu atau dikenal juga dengan "HTS" (hubungan tanpa status). Mereka tidak mau di bilang pacaran , karena mereka tahu bahwa pacaran itu dilarang dalam syari'at Islam , VBJ (virus merah jambu ) sering merusak dakwah . Beliau mengatakan bahwa para ikhwah harus selalu kembali kepada tuntunan Rasululluah Saw. Kalau memang sudah sanggup untuk menikah ya.. silahkan dilakukan dari pada merusak iman dan menimbulkan penyakit hati kita kepada Allah. Begitulah penjelasan dari ustad Muh. Ahzan Sidik. Seminar sudah selesai dan waktu zuhur menjelang. Aku ikut berjamaah sekalian di mesjid kampus. Aku terus memandangi sosok yang ada dipojok itu. Ia juga ikutan sholat . Selesai sholat aku bersalaman dengan peserta lainnya. Aku berniat pulang dan mengambil sandal. Tiba-tiba ada yang menabrakku dari belakang. Sandal ku terlempar ke depan. Aku buru-buru mengambilnya. Saat aku menoleh kepada sosok tubuh yang menabrakku. Ia langsung minta maaf.
"Ta…ri, Ternyata kamu. Aku kangen banget nih… Aku merasa bersalah sama kamu. Maafin aku ya…".
Tari langsung memelukku dan menangis tersedu-sedu dipundakku.
"Vin... Aku yang seharusnya minta maaf sama anti . Aku seharusnya, berterimakasih sama anti yang sudah menyelamatkan keiman dan kefuturan yang ada dihati ini. Aku sudah melupakan Robku demi cinta kepada makhluknya. Aku berusaha untuk melupakan nya tapi perasaan ini sudah terlanjur mencintainya. "
"Ukhti kemana aja …? Aku sudah berusaha menelpon kerumah tapi ukhti tidak ada. Aku juga datang ke rumah tapi ukhti juga tidak ada. Tar… kalau memang ada masalah kita bisa berbagi. Aku siap untuk menjadi pendengar yang baik buatmu. "Tar…anti sakit ya?, kok, muka anti pucat sekali.
Aku ikut menangis melihat kondisi Tari. Tubuh kurus kering dan mata indahnya bengkak sepertinya sering menangis. wajah ceria dulu tidak aku temukan saat ini. Wajah cantik berubah jadi muram dan penuh dengan beban duka.
"Vin..tolong aku Vin…! dari semua masalah ini aku tidak kuat menanggungnya. Aku ingin mengakhiri semua ini dengan pernikahan tapi, orangtuaku tidak setuju . Terutama ayah . Ia sangat menentang keinginanku. Aku sudah berusaha untuk menjelaskan ,aku mampu mengambil segala resiko.Tapi itu semua tidak berhasil.
"Tari …aku yakin kalau kamu berusaha memberikan pengertian kepada orangtuamu. Mereka akan mengerti dengan keadaan dan kondisimu. Atau cobalah bicara dengan murobbi untuk dicarikan jalan keluarnya".
"Aku... malu vin. Ada aib besar dalam keluargaku yang aku tidak pernah menduga sebelumnya. Apalagi berbicara dengan murrobi. Aku belum memiliki keberanian" Aku tidak yakin bahwa persoalan Tari belum selesai kuliah yang menjadi hambatan bagi ia untuk menikah dengan Dirga, tapi ada hal lain yang ingin di bicarakan tari. Aib apakah yang ia maksud?.
"Aku malu sebetulnya untuk membicarakan ini padamu,Vin, tapi aku tahu kamu adalah orang yang bisa aku percaya dan mau menjaga rahasia ini.
"Aku malu dengan perbuatan ayahku. Aku tidak menyangka ayahku yang sangat aku hormati di keluarga memiliki perbuatan sebejat itu. Aku malu…vin. Aku ma..lu.. Apa kekurangan ibuku sehingga Ayah berbuat seperti itu".
"Maksud kamu apa Tar….? Aku jadi tidak mengerti dengan perkataanmu.
"Aku jadi bingung dan tidak tahu harus berbuat apa dengan permasalahan mu."
"Dosa apakah yang diperbuat oleh ayahmu sehingga kamu sangat membenci beliau" Tari mengeluarkan mutiara-mutiara bening itu kembali. Ia tak mampu melanjutkan ceritanya padaku. Dadanya terasa sesak dan napas tersengal-sengal untuk melanjutkan cerita. Permasalahan ini tentunya sangat menyakiti hati tari sehingga ia sangat membenci ayahnya. Tari mencoba diam sejenak sambil membuka tasnya , ia mengeluarkan sehelai kain berwarna biru. Kain itu diusapkan kemukanya. Ia berusaha untuk melanjutkan ceritanya.
"Malam itu disaat Dirga datang seorang diri untuk melamar dan mengutarakan keinginannya. Ia sempat berbicara panjang lebar pada ayah. Setelah itu Dirga mulai menceritakan asal –usul keluarganya pada Ayah. Ayah kaget mendengar nama Ibu Dirga. Akhirnya Ayah memutuskan untuk tidak menerima Dirga. Dirga menuntut alasan kepada Ayah ,akhirnya Ayah berani untuk membuka rahasia masa lalu ayah. Dirga tidak percaya dengan cerita ayah ,tapi itulah kenyataannya. Aku yang sedari tadi duduk dibalik dinding menguping pembicaraan mereka juga syok dan tidak mau menerima kenyataan ini".
"Vin… ayahku yang sangat ku hormati ternyata selingkuh dengan perempuan lain. Ayahku punya anak dari selingkuhannya itu. Ayah sudah lama menyimpan aib ini dari ibu. Kami sekeluarga tidak mengetahui perbuatan ayah ini. Sudah dua puluh tahun ayah menyimpan aib ini. Ibuku sekarang sakit-sakitan akibat perbuatan ayah . Aku tidak menyangka anak itu adalah Dirga . Lelaki yang sangat aku cintai selama ini." Ya…. Allah Ternyata berat sekali penderitaan Tari. Aku seperti kena petir disiang bolong. Aku betul –betul tidak menyangka. Keluarga Tari selama ini baik-baik saja . Tidak ada permasalahan. Mereka sangat rukun . Ujian apa yang telah menimpa keluargamu Tari. Mudah-mudahan Allah memberi keluarga Tari kesabaran. Aku berusaha menenangkan Tari dengan memeluk dan menepuk-nepuk pundaknya. Hanya itu yang dapat aku lakukan saat itu. Aku tidak tahu apakah aku akan mampu menghadapi masalah yang sama seperti Tari.

Sore itu langit terasa gelap, mendung hitam menyelimuti angkasa .Sunyi menghinggapi kami berdua. Ku tarik dan kugopong Tari untuk ku ajak pulang. Biarkan waktu yang menjawab kegundahan hatinya. Dua bulan telah berlalu saat ia bercerita kepadaku, Tari berusaha untuk melupakan kejadian yang telah menimpanya. Ia mulai menerima Dirga sebagai saudara kandungnya. Umur Tari dan Dirga tidak berbeda jauh ,hanya terpaut dua tahun. Tari menjadi kakak bagi Dirga yang usianya lebih tua. Aku dengar dari Dirga ,ia mulai mencarikan calon suami untuk kakaknya.
"tok…tok ..tok, Assalamu'alaikum".
"Wa'alaikum Salam, cari siapa nak?” Sapa ibu siang itu .
"Vinkanya, ada bu?"
"O…Vinka, ada! Silahkan masuk. Ibu panggilkan dulu." Suara ibu langsung berteriak-teriak memanggil namaku. Kebetulan aku lagi di kamar atas sambil membaca buku " komitmen Muslim Sejati" karya Fathur Khan.
"ya…sebentar bunda …",ku tarik jilbab dan langsung kupasangkan .Aku terburu-buru menuruni anak tangga kamar atas.
"Assalamu'laikum, Vin". Dirga memberi salam.
"Wa'alaikum salam, Dirga. Silahkan duduk. Ada apa nih… ?."
”Aku Cuma mau ngantar undangan ini buat anti, dari Tari".Dirga menyodorkan amlop persegi panjang berwarna biru langit dan bergambar hati
"Alhamdullilah ,Tari sahabatku sudah menemukan Abdullahgaib ya… "
"maksudnya apa Vin…?"
"Masak nggak tahu sih , artinya hamba Allah yang menjadi rahasia."
"bisa aja kamu Vin." Senyum kecil merekah dari wajah Dirga menunjukkan kebahagian pernikahan kakaknya ,begitu juga aku.



Ditulis di Bekasi, Desember 2006, Nama Asli : Elvira suryani. Sekretaris FLP cab. Bekasi
Catatan:
1.anti: panggilan. Anda/kamu untuk perempuan , 2.antum: panggilan anda/kamu untuk perempuan dan laki-laki, 3. Ukhti : saudari( panggilan untuk perempuan aktivis dakwah), 4. ikhwan:saudara (Panggilan untuk laki-laki aktivis dakwah), 5.walimahan : pernikahan, 6. Murrobbi : Guru ngaji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar