Laman

Minggu, 24 Oktober 2010

CINTA SEORANG UKHTI

CINTA SEORANG UKHTI

”Kamu Fatih ya, perkenalkan nama saya Ukhti !.” Aku agak bingung ketika kalimat itu masuk dalam inbox-ku. Sudah beberapa hari ini sms dari seseorang yang mengaku bernama ukhti ini mampir di inbox Hp ku.
Awalnya aku gak begitu ambil pusing dengan pesan yang masuk, karena aku pikir nanti juga bosen sendiri, tapi kok lama lama rasanya ganggu juga. habisnya pas aku lagi asik-asiknya ngeband sama temen-temenku, hp ku berdering, ketika ku angkat ternyata dari si Ukhti itu.
Mana pesannya cuma bilang, ”jangan lupa waktunya shalat Ashar.” memang sih sudah waktunya Ashar, tapi kan aku lagi latihan sama temen-temen buat persiapan manggung, nanti juga aku shalat, biar begini aku gak pernah bolong lho shalatnya!, ya walaupun seringkali harus mepet waktu ‘injury time’. Hari ini aku puas banget pasalnya aku dan temen-temen sukses tampil bawain lagu ”Don’t Cry” nya GNR ( gun’s n roses ), selesai manggung aku langsung ke rumah Ica, cewek seksi yang udah tiga bulan ini jadian denganku.
Di tengah perjalanan Hp-ku bergetar menandakan ada sms masuk, ketika aku lihat ternyata ada pesan singkat, ”Bacalah Al Quran karena Al Quran pedoman hidup kita……Ukhti.”
“Huh! ngapain sih nih orang kurang kerjaan amat sih pake sms suruh baca Al Quran segala.” batin ku.
Tanpa ambil pusing aku teruskan perjalanan tandang ke rumah si Ica. Senin ini aku harus ke kampus pagi-pagi karena ada tugas yang harus kukumpulkan sebelum pukul 9 pagi. gak seperti biasanya, sebelum ke kampus aku sempetin ke warung bubur ayam sebelah kampus. karena buru-buru, aku langsung lari begitu bubur selesai dibungkus dan aku bayar, “Bruk…” ya ampun bubur ayam-ku tumpah. Sesosok wajah aku lihat memerah dihadapanku sambil tergagap meminta maaf padaku, ”Maaf mas biar saya ganti bubur ayamnya.”
Kalau saja bukan seorang wanita yang menurutku anggun dengan jilbab panjangnya pasti sudah kumaki dia. “We alah piye kowe nduk. ” teguran penjual bubur kepada gadis itu sedikit agak marah .
”Sudah bu nggak papa, tolong buatkan satu lagi saja.” ujarku.
Setelah dibuatkan aku langsung pergi ke kampus mengejar jam 9 pagi. setelah kejadian itu aku jadi sering mampir ke warung bubur “Mbok Parti”, selain buburnya lumayan enak aku juga bisa melihat wajah anggun yang selalu dibalut dengan jilbab panjang itu. Walaupun kadang aku harus sedikit kecewa karena cewek yang belakangan kutahu namanya Farah itu tidak ada di situ.
“Bagaimana, sudah dibaca belum buku yang aku kirim ” pesan singkat itu hadir lagi di display Hp ku. Hari sabtu kemarin ada tukang pos mengirim kado yang ditujukan untukku.” Perasaan aku gak ulang tahun hari ini ” gumamku. Setelah aku buka ternyata isinya buku berjudul “Muhammad.” aku gak tau siapa pengirmnya sampai aku terima pesan singkat di Hp ku. ternyata dia lagi,”Ukhti”.
Sudah 3 bulan ini pesan singkat dari si “Ukhti” mampir di Hp ku. Kadang mengingatkan shalat, memberi tau acara pengajian di Mushalla kampus, kadang hanya mengirim hadits-hadits nabi. Walaupun selama tiga bulan ini sms itu gak pernah aku balas tapi masih saja dia nggak bosen kirim sms ke aku. pernah satu ketika aku coba telepon orang yang mengaku Ukhti itu, ternyata seorang wanita dengan suara lembut, ketika aku tanyakan siapa sebenarnya dia, dia malah menutup pembicaraan.
Akhir akhir ini entah kenapa aku jadi lebih suka ke mushala kampus, mungkin karena pengaruh pesan pesan singkat itu atau memang aku “ngerasa” nyaman ada di mushala . Usai shalat dzuhur aku duduk duduk diteras mushala, tanpa sengaja aku melihat Farah masuk ke mushala bagian wanita.
“Assalammualaikum”.. aku sedikit kaget ketika ada orang dibelakang ku yang mengucapkan salam.
“Wa’alaikum salam” timpal ku.
“Lagi mikirin apa nih, sampe segitunya?” Seorang bertampang teduh itu mencoba menyapaku.
”Eh enggak mas, lagi nikmatin angin siang yang semilir.”
“Kayaknya aku baru ngeliat kamu deh, boleh tau siapa namanya?.”
“Nama saya fatih mas, geografi 2000, mas sendiri siapa?”.
“Saya Rachman, kedokteran 98.”
Tak terasa jarum jam ditanganku tepat lurus menunjuk angka 3. Baru kali ini aku bisa selama ini ngobrol dengan seseorang tanpa ditemani rokok atau secangkir kopi, entah kenapa aku merasa nyaman ngobrol dengan mas Rachman, mungkin karena pembawaannya yang tenang dan ada nuansa yang berbeda darinya. Padahal kami hanya mebicarakan hal-hal ringan, sampai akhirnya aku tahu ternyata mas Rachman itu kakanya Farah.
Dari pertemuan kali itu aku semakin sering ke mushalla, untuk hanya sekedar shalat, ikut kajian sampai sengaja ngobrol dengan mas Rachman untuk tau lebih jauh tentang Farah. “Akhi fatih, pekan depan jangan lupa halaqohnya dirumah ane ya! .” Suara mas Rachman terdengar sayup-sayup mengingatkanku.
Sudah satu tahun lebih lima bulan ini aku mengikuti pengajian yang lebih dikenal halaqoh dikalangan anak kampus ini. Setelah aku ikut halqoh sama temen-temen di mushala aku jadi lebih banyak tahu tentang islam, gimana harusnya seorang muslim itu, gak cuma shalat doank tapi akhlaknya jauh dari tuntunan Rasullullah saw. tapi seorang muslim itu ternyata harus sebisa mungkin menerapkan syariat islam dalam kehidupannya serta mendakwahkan nilai-nilai islam kepada semua orang.
Aku sudah gak merokok, apa lagi ngeband bareng temen-temen ku, karena ternyata ngeband itu lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya, selain lirik-liriknya yang banyak mengandung unsur musyrik, efek bunyi yang ditimbulkan pun gak baik buat pendengaran. sekarang aku lebih sering ikut di kegiatan-kegiatan dakwah kampus, daurah ke luar kota atau hanya sebagai panitia di kajian ringan mushala kampus, rasanya hidupku kini lebih hidup (he.he kayak iklan aja). “akhi jangan lupa qiyamulai ya.” Sms dari Ukhti lagi.
Berbeda dengan awal-awal aku menerima sms dari Ukhti, kini aku mulai menyukai pesan-pesan singkat yang mampir di display Hp ku, walaupun sampai kini aku belum tahu siapa Ukhti itu. “InsyaAllah, jazakallah atas semua nasihatnya.” balas ku ke nomornya.
Tiga bulan setelah kelulusanku sebagai sarjana science Universitas Indonesia, aku diterima bekerja di perusahaan swasta dengan gaji lumayan besar. Sesuai dengan rencanaku untuk menikah setelah mendapat pekerjaan, aku langsung menyatakan keinginan baikku kepada mas Rachman untuk mencarikan seorang akhwat yang siap menikah denganku, mas Rachman yang tidak lain adalah murobbiku langsung merespon dengan baik keinginanku. Dia segera mencarikan akhwat yang sesuai dengan kriteria pilihanku yang aku cantumkan diproposalku.
Sebelum mengikuti halaqoh aku gak kepikiran kalau ada orang yang menikah tanpa pacaran terlebih dulu, gak mungkin gitu lho. Tapi sekarang aku baru paham bahwa tidak ada pacaran dalam islam, sesorang yang ingin menikah cukup melakukan taaruf atau perkenalan dengan wanita yang ingin dinikahinya melalui seorang perantara yang dipercayainya, setelah ada kecocokan antara keduanya maka segera keduanya melakukan akad nikah. Begitulah proses pernikahan yang aku jalani sekarang.
“Alhamdulillah ana sudah menemukan akhwat yang sesuai dengan kriteia antum.” Ucap mas Rachman dalam acara qodoya rowai halaqoh kami. “Ini biodata akhwatnya tolong dipertimbangkan dengan baik, dan jangan lupa istikhoroh.” Berdegup kencang jantungku ketika menerima biodata itu dari mas Rachman. Perlahan dengan membaca basmalah aku buka lembaran-lembaran yang berisi keterangan lengkap tentang calon istriku.
Namanya Aini, lumayan cantik, seorang guru TK yang sederhana. Seminggu setelah itu aku dan kedua orangtuaku bersilaturahmi ke rumah Aini untuk menyatakan niat baikku untuk meminangnya. Dan alhamdulillah pihak keluarga Aini menerima kami dengan sangat baik, dari pertemuan itu diputuskan bahwa rencana pernikahan kami akan dilaksanakan 2 bulan setelah ini.
Senin pagi aku ketemu mas Rachman di depan stasiun Pondok Cina, nampaknya mas Rachman sangat tergesa gesa. “Assalamualaikum….. mas… mas Rachman.” seruku setengah berteriak.
”Waalaikum salam,” sahutnya.
“Mau kemana mas ?” tanyaku sembari mendekati.
”Mau ke rumah sakit akh!”
”Memangnya siapa yang sakit mas ?” sergapku sedikit terkejut.
”Farah akh, sudah 3 hari ini dia dirawat dirumah sakit.”
“Memangnya Farah sakit apa mas?”
“Ana juga belum tau akh.”
“Kalau begitu ana ikut ya mas ”
“Lho bukannya antum kuliah?”
“Gak papa kok mas, hari ini cuma 1 mata kuliah, itu pun dosennya sering gak masuk,”
“Yah terserah antum.” Kami berdua langsung menuju rumah sakit tempat Farah dirawat dengan tunggangan setiaku si “Jundi”.
Aku terpaksa berbohong pada mas Rachman, sebenarnya hari ini aku ada midtes mata kuliah unggulan, tapi biarlah. aku hanya ingin menjenguk Farah, mengetahui bagaimana kondisinya saat ini. Kalau boleh jujur sebenarnya ketika aku menyerahkan proposal ku ke mas Rachman, aku berharap bahwa Farah-lah yang yang akan di jodohkan denganku, tapi ternyata mas Rachman kurang sensitif menangkap keinginanku.
Walaupun aku sudah bertunangan dengan Aini tapi masih saja sulit menghilangkan kekagumanku pada Farah, aku masih saja belum bisa menghilangkan dia sepenuhnya dari pikiranku. sudah tiga hari ini aku bolak-balik kampus-rumah sakit untuk menemani mas Rachman menjaga Farah, walaupun hanya menemani mas Rachman ngobrol diruang depan (karena gak mungkin kalau aku masuk kedalam ).
Setelah seminggu dirumah sakit nampaknya keadaan Farah belum membaik, akhirnya minggu pagi Farah harus dioperasi karena setelah diperiksa ternyata terjadi pendarahan kecil diotaknya, aku sangat cemas dengan keadaanya, diruang tunggu aku hanya bisa berdzikir dan berdoa demi kesembuhan Farah. mas Rachman yang sedari tadi menemani Farah diruang operasi belum juga keluar. Akhirnya mas Rachman keluar juga.
“Afwan akh bisa minta tolong ambilkan Al Quran ku di meja kecil di kamar ,”
”Baik mas saya segera ambilkan”, segera aku berlari kekamar 303 tempat Farah dirawat. ketika aku mencari Al Quran mas Rachman, aku menemukah sebuah buku diary terbuka dan aku lihat ada namaku disitu ditulis dengan huruf tebal disela sela rajutan tulisan. Tentu saja aku penasaran kenapa sampai bisa ada namaku di dalamnya. Kubuka lembaran-lembarannya, isinya menceritakan semua yang dialami pemilik buku, yang ternyata “Aisyah Farah Putri”.
”Ri….. hari ini aku gak tau apa yang sedang terjadi padaku, rasanya ada yang aneh. Tadi ketika aku baru keluar melewati gerbang kampus aku bertemu dengan seorang pria yang entah kenapa menyita perhatianku. Aku ber-istighfar ri ketika sadar bahwa seharusnya aku menjaga pandanganku. Pria itu terlihat begitu menarik dalam pandanganku sehingga aku sempat ‘terlupa’. Ah … ini pasti perangkap syetan ya ri. Ya Allah lindungi hamba dari godaan syetan yang terkutuk. Sudah dulu ya ri aku mau tidur, besok aku harus kekampus pagi-pagi untuk persiapan kajian rutin di kampus.
Senin, 3 february 2005
”Hari ini aku ternyata bertemu lagi dengan pria itu ri, ternyata dia anak geografi yang banyak digandrungi cewek-cewek kampus, dia juga merupakan anggota ‘Pistro’ ri, grup band kampus yang katanya paling top di UI. Andai saja pria itu seorang ikhwah yang baik, pasti banyak hal yang bisa dilakukannya untuk islam. Tapi bukankah dia juga mempunyai potensi untuk menjadi baik. ah aku harus berdakwah terhadapnya. tapi bagaimana caranya ya ri?. Coba melakukan pendekatan dengannya, sepertinya gak mungkin. Aku gak mau seperti teman- teman lain yang terjebak oleh “objek dakwahnya”, bukan kebaikan yang dituai tapi malah dosa yang mengisi hari-harinya. lalu apa ya yang harus kulakukan…mmmmm, ah nanti saja kupikirkan caranya, aku mau tidur dulu ya ri, supaya gak kelewatan qiyamullail.”
Kamis,6 February 2003
”Ternyata nama pria itu Fatih ri lengkapnya Muhammad Fatih, nama yang baik, nama yang menyimpan harapan besar sang pemberi nama, aku juga dapat no.Hp nya dari temanku yang gak lain teman SMAnya dulu. Aku jadi punya ide untuk mengajaknya lebih dekat dengan islam ri. SMS, ya dengan sms ri! Hanya ini cara yang ’aman’ ri, aku akan mengirimkan sms-sms tausiyah kepadanya, mudah mudahan dia terketuk untuk lebih mengenal islam. Mulai besok aku akan rutin mengirim sms buatnya.”
Lembaran demi lembaran aku baca dengan seksama, ada persaan GR juga ketika ternyata aku tidak bertepuk sebelah tangan, ternyata dia pun menyimpan rasa pula padaku. aku teruskan membaca diary-nya.
9 february 2003
“Alhamdulillah ri sepertinya usahaku sudah mulai terlihat hasilnya, Fatih sekarang sudah sering terlihat di Mushala kampus, dia juga sering terlihat di acara acara kajian mushala. dan yang lebih menggembirakan ternyata dia sedang dekat dengan mas Rachman. ah semoga saja semakin baik keislamannya ri”. Sepertinya hilang sakit yang sampai sekarang aku gak tau sakit apa?” semoga saja sakit kepala biasa ya ri .”
Ternyata “Ukhti” yang selama ini memberikan tausyiah kepadaku adalah Farah, Ya Allah balas-lah kebaikannya dengan balasan yang lebih baik dan banyak. Jazakallah khairan katsirah Farah….
2 april 2004
”Jujur hari ini aku sedih banget ri, karena ternyata Fatih akan segera menikah, aku dapat info itu dari pembicaraan kakaku saat menelpon Fatih tadi pagi ri. Fatih yang selama ini aku harapkan mendapat hidayah-Nya agar dapat bersamaku mengarungi hidup ini, Fatih yang kudoakan selalu keadaanya, Fatih yang begitu besar aku sandarkan harapan padanya.kenapa ketika Fatih mengajukan diri untuk menikah, mas Rachman tidak memilihku untuk dijodohkan dengannya. Jujur aku kecewa pada mas Rachman.”
Dada ini berdegup kencang ketika kubaca rangakaian kalimatnya……..
3 septemnber 2004
“Ya Allah Kuatkan lah aku dalam menghadapi takdirmu ini, 2 bulan lagi fatih akan melangsungkan akad nikah, rasanya aku tak sanggup menerima ini ri, tapi aku tak boleh seperti ini. bukankah aku berdakwah hanya karena Allah. mungkin ini ujian Allah untuk menguji keikhlasanku. ya Allah kalau memang ini keputusanmu, aku akan terima, walaupun teramat berat untuk kujalani, bahkan mungkin lebih berat dari ketika aku harus kehilangan ayahku.mudah mudahan Fatih mendapatkan istri yang shalehah ya ri. Allahummaj’alni sobron waj’alni syakuuron.”
Sesak rasanya dada ini. Aku gak tahu apa yang harus kulakukan. Kenapa ini harus terjadi, kenapa Farah tak memberi tahu mas Rachman tentang perasaannya padaku, bukan-kah itu tak dilarang oleh islam, sehingga mas Rachman tahu keadaan sebenarnya, kenapa ya Allah engkau menakdirkan semua ini. aku Khilaf, semua gelap dalam pandanganku. Ya Allah apa maksud dari semua ini. aku tertegun lama dikamar rumah sakit. dengan dada sesak dan berlinangan air mata, aku menuju kamar operasi untuk memberikan alquran kepada mas Rachman. 2 hari ini aku hanya mengurung diri di kamar, mendoakan kesembuhan Farah. Aku juga berfikir untuk membatalkan pernikahan ku denagan Aini, aku harus melakukannya.
Rencananya nanti malam aku mau kerumah sakit menjenguk Farah. Alhamdulillah Operasi yang dijalani Farah berjalan dengan lancar, dan Farah kini telah sadar. Aku langsung sujud syukur di depan pintu ruang operasi. Karena sudah terlalu larut malam dan kelihatannya mas Rachman juga sudah terlihat letih,aku hanya ngobrol sebentar saja dengannya lantas aku pamit pulang. Rencananya besok siang baru kembali lagi. Selesai kuliah aku langsung menuju rumah sakit, setelah sebelumnya mampir ke toko roti unyil untuk kubawa kerumah sakit. Sampai di rumah sakit sudah ada mas Rachman dan Ibunya. aku langsung mendekati mas Rachman dan menitipkan buat Ukhti…. eh Farah. Mas Rachman sempat bingung juga ketika aku titipkan untuk Farah. tapi sepertinya dia gak ambil pusing.
Assalammualaikum wr. wb.
Teruntuk saudariku yang aku cintai karena Allah “Ukhti” Alhamdulillahirabbil’alamin, Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa’ala alih wa shahbihi ajama’in. Bagaimana keadaannya sekarang Ukhti, ana harap jauh lebih baik dari har- hari sebelumnya. Jazakallah atas semua kebaikan yang Ukhti berikan ke ana, mudah mudahan Allah membalasnya dengan kebaikan yang lebih baik.
Dulu ketika ana masih “jahiliah” belum mengenal keindahan nilai-nilai islam, ketika ana masih bergabung bersama grup band pistro, ada seseorang yang mengaku bernama Ukhti senantiasa mengirimkan sms-sms yang berisi nasihat-nasihat kebaikan, awalnya ana merasa terganggu sekali dengan sms darinya tapi ternyata dari situlah Allah memberikan hidayahnya kepada ana, sampai ketika ana telah dikaruniai kenikmatan merasakan keindahan islam dan berkomitmen untuk melaksanakan syariat islam dalam kehidupan ana, ana masih belum tahu siapakah “Ukhti” ini.
Ana berharap bisa berjumpa dengan orang yang sangat berperan dalam proses perubahan ana. Sampai satu ketika, ketika ana sedang menemani seorang teman yang adiknya dirawat karena sakit, ana menemukan sebuah diary yang tergeletak dan terbuka di meja kamar rawat inap, dan ana lihat ada nama ana didalamnya.
Dan subhanallah ternyata orang yang selama ini ana cari adalah orang yang selama ini ana kagumi, dan berharap sekali dia mau melabuhkan cintanya di hati ini. Tapi karena ketidak terusterangan ana, tanpa sadar ana telah menyakiti diri ana sendiri dan “Ukhti”, ana telah terlanjur mengkhitbah seoarang wanita lain, tapi ana rasa ana akan mengubah keputusan ana, ana sadar dalam keputusan ana akan ada pihak yang dikorbankan, dan ana tidak akan mengorbankan cinta ana, ana akan membatalkan rencana pernikahan ana dengan wanita yang telah ana khitbah, mudah mudahan dia mau mamaafkan ana dan mendapatkan yang lebih baik dari ana.
Dan pastinya anti sudah tahu siapa wanita yang ana maksud itu. ana harap anti mau memafkan ana dan bersedia menjadi tempat berlabuh pencarian ana selama ini. Ana akan membicarakan hal ini kepada mas Rachman, mudah mudahan dia setuju dengan semua ini.
Wassalammualaikum wr wb, Muhammad Fatih.

Hari ini Alhamdulillah Farah telah keluar dari rumah sakit, keadaanya sudah baik, walaupun masih harus banyak istirahat. Rasanya aku sangat senang sekali, dan berencana besok akan ke rumah Farah untuk mebicarkan niat ku kepada mas Rachman. Keesokan harinya pagi pagi pukul 08:00 aku sudah berangkat menuju rumah Farah, sampai disana ternyata mas Rachman tidak ada dirumah karena pagi-pagi sekali harus berangkat ke sukabumi untuk mengikuti acara mukhayam (perkemahan).
Hanya Mbok Parti (ibu Farah) yang aku temui dirumah Farah, sepertinya aku harus menunda rencanaku sampai mas Rachman pulang kembali. Setelah pamitan dengan “calon mertua”(hehehe), aku langsung menyalakan si Jundi, tapi belum sampai aku memasukan gigi ada suara wanita memangilku. “Akh Fatih afwan, ini tolong dibaca nanti saja setelah sampai rumah ya. Ternyata Farah yang memberikan sepucuk kepada ku. “Syukron Ukh” timpalku. Rasanya aku sudah tidak sabar lagi membaca itu. sampai dikampus aku langsung menuju tempat Favoritku, Danau Kampus, dibawah pohon yang rindang dan disapa angin semilir, perlahan aku mulai membuka bersampul biru itu.
Asslamualaikum Wr wb.
Kepada akhina Fatih yang mudah-mudahan selalu dalam curahan rahmat Allah SWT. Alhamdulillah hirabbil’alamin, Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala alih washahbih. Segala puji bagi Allah yang telah meng-anugerahkan kita berdua nikmat iman dan islam, yang telah memilih kita sebagai orang yang dimuliakan oleh islam, yang sangat pencemburu dan tidak suka jika ada hamba yang mencinta melebihi Cinta kepadaNya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Muhammad Rasulullah saw. yang mengajarkan kita tentang arti cinta sebenarnya.
Maaf jika baru bisa membalas, ana gak tahu harus bagaimana menghadapi semua ini, jujur ana terkejut, malu sekaligus marah ketika membaca surat dari antum, apa yang ana rahasiakan selama ini sudah antum ketahui semua, tapi mungkin ini lah Cara Allah menguji kesabaran dana keikhlasan ana. Memang seperti itulah perasaan ana kepada antum selama ini.
Awalanya ketika ana mendengar antum ingin berencana menikah, rasanya hilang semua asa ini, sepertinya tak ada lagi kegembiraan dalam relung hati ini, ana sangat tidak bisa menerima keadaan ini, bahkan ana sempat berburuk sangka kepada Rabbul izzati. Tapi setalah ana berfikir jernih dan coba mengoreksi diri, ternyata semua ini adalah ujian keikhlasan yang Allah berikan kepada ana, karena Allah yang mengetahui semua isi hati, dan mungkin Dia menangkap ada benih pamrih dalam usaha ana mengajak antum pada kebaikan ini.
Dia ingin menguji apakah ana melakukan semua ini hanya karena mengharap Ridho-Nya atau hanya untuk mendapatkan cinta dari antum. Dan apabila semua ini memang kehendaknya. Ana coba mengikhlaskan hati dan melapangkan dada untuk dapat menerima semua ini. Ana harap antum tidak membatalkan rencana pernikahan antum, karena akan banyak pihak yang tersakiti, cukuplah ana saja yang berkorban atas semua ini, karena ana uhibbufillah, mencintai antum karena Allah.
Biarlah Allah yang mengganjar semua usaha ana selama ini. dan ana yakin antum pun paham tentang semua ini, bahwa apapun yang kita lakukan, perubahan kearah perbaikan yang kita jalani semata-mata hanya untuk mengharap ridho-Nya. Ana doakan antum berdua menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. dan doakah ana pula, karena tidak lama setelah pernikahan antum, ana pun akan melangsungkan pernikahan dengan laki-laki yang sekarang sedang dalam proses dengan ana. Mudah-mudahan Allah melapangkan hati kita berdua untuk menerima ketentuannya. Dan meluruskan niat kita dalam setiap kebaikan hanya karenaNya.
Aisyah Farah Putri.

Tak terasa ada lelehan hangat mengalir di pipiku, sesak rasanya dada ini setelah begitu besar harapan ada didalamnya. Aku terdiam cukup lama. Sampai entah dari mana ada semilir angin yang membuat lapang dada ini. Aku baru memahami kata kata Farah yang mengajarkan aku tentang arti keikhlasan sesungguhnya, tentang arti cinta sejatinya. tentang kehidupan yang begitu besar maknanya. terima kasih Farah untuk semua yang engkau ajarkan padaku,untuk semua keikhlasan yang engkau curahkan untukku. Mudah-mudahan cinta kita dapat menjadi pelajaran bagi banyak manusia yang mencari makna cinta sejati. Rabbana hablana min azwajina wadurriyatina qurrata a’yun waj ‘alna lil muttaqina imama .Untuk ikhwah fillah yang sedang merindukan cinta sejati Teruslah berdakwah dengan hanya pamrih kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar